Hidayatullah.com—Sebuah ledakan bom terjadi di lingkungan Pondok Pesantren (ponpes) Umar Bin Khatab Desa Sanolo, Kecamatan Sila, Bima, NTB yang terjadi Senin (11/07/2011), pukul 15.30 kemarin. Bom ikut menewaskan seorang santri setempat. Pihak kepolisian masih menyelidiki kasus meledaknya bom di Ponpes tersebut.
Bom rakitan yang meledak itu ikut menelan korban seorang bendahara di Ponpes bernama Firdaus.
Belum diketahui pasti ledakan yang terdengar hingga radius 1 kilometer itu berasal dari bahan peledak jenis apa. Namun, melihat kepulan asap di lokasi kejadian dan kerasnya suara, polisi menduga kuat itu berasal dari bom rakitan.
Kabid Humas Polda NTB AKBP Sukarman Husein mengatakan, polisi sejak Senin malam telah berusaha untuk masuk dan menyelidiki peristiwa itu. Namun, hingga Selasa (12/07/2011) malam sekitar pukul 19.00 WITA, polisi belum juga berhasil masuk. Mereka dihadang puluhan santri yang membawa panah dan parang.
Kabid Penerangan Umum Humas Polda NTB, AKP Sudjoko menambahkan, untuk penyelidikan dan pengamanan lokasi, Polda NTB telah menempatkan satu peleton pasukan dari Brimob dan Dalmas dibantu satuan TNI di sekitar lokasi ledakan. Polda juga mengirim unit Satuan Tugas Khusus Gabungan dari Satuan Reserse dan tim penjinak bom.
“Sejauh ini kami masih menerapkan pola preventif dan preemtif. Tapi jika sikap preventif dan preemtif ini tidak lagi dihargai, maka polisi akan tempuh upaya penegakan hukum secara represif,” sebut Sudjoko.
30 Juni lalu, sebelum adanya ledakan, Sa’ban Abdurrahman (18), seorang santri pesantren Umar Bin Khattab ditahan Polda NTB karena membunuh seorang anggota Polsek Bolo, Brigadir Rokhmat.
Polisi mengaku memberikan perhatian lebih kasus ini lantaran Ponpes Umar bin Khattab di Bolo itu merupakan tempat pendidikan Sa’ban.
Mabes Polri menengarai bom yang meledak di Pondok Pesantren Umar bin Khatab akan digunakan menyerang polisi. Namun, bom tersebut keburu meledak pada Senin sore kemarin.
“Bom yang meledak diduga sudah berada di dalam, bukan dibawa dari luar. Diduga bom ini bom rakitan yang nantinya akan digunakan untuk menyerang polisi,” ujar Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Anton Bachrul Alam, di Mabes Polri dilansir situs Okezone.com.
Sementara itu, anggota komisi I DPRD NTB Drs Nurdin H.M Yakub dikutip Global FM Lombok, Mataram klaim dan tuduhan adanya kelompok garis keras atau kelompok ekstrem dimanapun di Indonesia keberadaan mereka pasti ada. Hanya saja menurutnya, aktifitas mereka sering dipolitisasi sehingga perlu dibuktikan secara fakta dilapangan apa yang sesuungguhnya yang sedang mereka lakukan.
Ia juga mengharapkan agar masyarakat NTB jangan mudah terpancing oleh isu-isu yang berkembang belakangan ini terkait dengan dugaan terjadinya aktifitas “teroris” di NTB khususnya di wilayah Bima.
Sementara itu ribuan warga Desa O O, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, siang kemarin berkumpul di jalan dekat kediaman Firdaus. Mereka memblokade jalan setempat untuk menuntut agar jenazah Firdaus segera dipulangkan.*