Hidayatullah.com–Indonesia kaya akan buah-buahan, tapi sayangnya pasar di negeri ini dibanjiri buah impor, terutama dari China, yang sebenarnya bisa dinilai sebagai sampah. Demikian dikatakan pengamat pertanian Khudori dalam wawancaranya dengan Radio Nederland.
“Apel Washington atau Fuji yang diimpor itu, sudah disimpan berbulan-bulan sebelum sampai ke Indonesia. Kandungan nutrisinya sudah sangat rendah. Saya bisa katakan ini produknya tidak lebih dari sampah,” kata Khudori, sebagaimana dilansir RNW (24/8).
“Apel malang itu memang lebih keras dan asam. Tapi, itu justru menunjukkan mereka masih segar,” jelas Khudori. Sedangkan apel-apel yang berasal dari luar negeri biasanya sudah disimpan dulu selama beberapa bulan sebelum akhirnya di ekspor. Ini karena di negara-negara itu apel hanya diproduksi pada satu musim saja. “Jadi, untuk bisa dikonsumsi sepanjang tahun buah-buah itu harus disimpan dan saat diekspor kualitasnya sudah sangat rendah.”
Konsumen perlu mendapatkan edukasi tentang keuntungan memakan buah lokal yang jauh lebih sehat dibandingkan dengan buah impor. “Tidak semua buah impor yang kelihatan cantik dan dikemas manis secara otomatis gizinya juga bagus.”
Dari segi potensi, menurut Khudori, tidak diragukan lagi Indonesia punya potensi yang sangat besar. “Misalnya salak, durian, jambu air dan pisang pun berbagai macam. Tapi, anehnya yang dikembangkan di sini bukan buah potensi lokal,” kata Khudori.
Menurut Khudori, produksi buah di Indonesia menghadapai berbagai masalah. Yang pertama, kurangnya perhatian pemerintah terhadap pertanian buah sehingga menyebabkan rendahnya tingkat produksi. “Buah yang dikembangkan oleh masyarakat masih dalam taraf kecil, belum dalam tingkat industrial.”
Kedua, kualitas buah-buah lokal juga kurang memadai. Ini salah satunya disebabkan rendahnya kualitas penelitian untuk mengembangkan buah-buah lokal.
Rendahnya tingkat produksi dan kualitas menyebabkan buah lokas tidak bisa bersaing dengan buah-buah impor ketika perdagangan bebas diterapkan di Indonesia. “Buah-buah impor membanjiri pasar, tidak hanya supermarket tapi juga pasar-pasar becek,” jelas Khudori.*