Hidayatullah.com–Umat Muslim sedunia sesaat lagi akan memasuki bulan suci Ramadhan. Bagi mereka yang telah baligh tentu panggilan ini telah menjadi kewajiban, namun bagaimana persiapan para orangtua untuk mulai melatih buah hatinya berpuasa di usia kanak-kanak?
Pakar pendidikan, Erma Hida Prawitasari M.Ed, menyatakan idealnya orangtua tidak terburu-buru menyuruh anak-anak berpuasa sebelum mencapai usia tujuh tahun. Terlebih untuk berpuasa secara penuh.
“Boleh saja, mengajak mereka ikut menyemarakkan Ramadhan dengan berpuasa, sahur bersama, tetapi harus dalam suasana yang menyenangkan dan tidak sebagai perintah,” tandasnya kepada hidayatullah.com, Kamis, (05/07/2012).
Orangtua dapat menyandarkan hal ini pada sebuah hadits di mana Rasulullah memerintahkan anak untuk shalat ketika berusia tujuh tahun, dan orangtua boleh memukulnya jika masih lalai di umur sepuluh tahun.
“Para ulama menjadikan hadits ini sebagai dasar usia pendidikan. Sholat dijadikan sebagai standar untuk hukum-hukum yang lain, termasuk puasa, belajar secara formal, dan sebagainya,” tandas wanita yang kerap menjadi narasumber tamu dalam menyoroti masalah pendidikan di Sindo TV ini.
Beberapa metode untuk membuat anak nyaman dan senang berpuasa dapat dikreasikan sendiri oleh orangtua. Kandidat Doktor Pendidikan Islam dari Universitas Ibnu Khaldun ini kemudian memberikan sebuah tips.
“Misalnya, dengan menghiasi rumah dengan hiasan-hiasan Ramadhan sehingga anak-anak merasakan suasana yang berbeda. Bercerita kepada mereka tentang istimewanya puasa di bulan Ramadhan,” terang ibu tiga anak ini.
Erma kemudian meyarankan orangtua boleh mencoba menawarkan anak-anak juga untuk menjalani puasa setengah hari.
“Namun jika mereka enggan bangun untuk sahur, jangan dipaksa. Saat mereka bangun pagi, katakan: ‘Tadi Mama bangunkan nanda tapi Nanda tidak mau. Masih ngantuk ya? Sekarang bagaimana, mau coba puasa tanpa sahur atau besok saja ikut sahur?,” ujarnya mencontohkan.
Ia kemudian menyitir kisah terkenal dari Imam Syafi’i, tatkala beliau memberikan ceramah agama di bulan puasa, lalu menenggak minuman setelahnya. Ketika para jama’ah bertanya mengapa Imam Syafi’i tidak puasa, ulama kenamaan tersebut menjawab bahwa hal itu dilakukannya karena ia belum baligh. Usia Imam Syafi’I sendiri pada saat itu baru delapan tahun.
“Nah, pada usia delapan tahun saja, Imam Syafi’i tidak puasa, mengapa kita sering kebablasan dan setengah memaksa anak-anak usia lima sampai enam tahun untuk berpuasa?” pungkasnya.*/pizaro