Hidayatullah.com–Kegelisahan Dr. Adhyaksa Dault akan kondisi bangsa Indonesia kini membuat hati dan pikirannya tergerak untuk membuat suatu goresan pena. Kegelisahannya akan reformasi yang dinilai telah kehilangan arah membuatnya menulis buku.
“Sebagai generasi muda, kami gelisah menyaksikan perkembangan demi perkembangan terbaru yang mencederai cita-cita berbangsa dan bernegara kita”, ujar Adhyaksa Dault, dalam acara launching buku “Menghadang Negara Gagal: Sebuah Ijtihad Politik” di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Kamis sore (13/09/2012).
Ia mengungkapkan melalui buku tersebut, ia ingin memberikan sinyal kepada para tokoh pemimpin bangsa, baik yang saat ini sedang berkuasa maupun yang berada di garis oposisi bahwa generasi muda Indonesia sudah jengah melihat kondisi dan situasi politik yang kian carut marut.
“Reformasi sudah semakin kehilangan arah. Ini karena kita belum punya blue print (cetak biru) soal bagaimana dan kemana bangsa ini akan dibawa”, imbuh Adhyaksa.
Sejumlah tokoh nasional mengapresiasi “Ijtihad Politik” Adhyaksa ini, antara lain Surya Paloh, Wiranto, Pramono Anung, Suryadharma Ali, Tri Sutrisno, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Bahkan, menurut Adhyaksa, yang pernah menjabat sebagai Menpora Kabinet Indonesia Bersatu jilid I ini, ada benang merah yang nyata dari pemikiran-pemikiran mereka soal bangsa dan negara ini ke depan.
“Secara pribadi, saya berharap besar acara ini bisa menjadi momentum untuk menampakkan benang merah tersebut, sehingga pertautan antara tokoh-tokoh nasional bisa diwujudkan dan dikelola menjadi sebuah kekuatan barau untuk Indonesia baru yang lebih baik”, tegasnya.
Ia berpendapat, tanpa pemimpin, rakyat akan kehilangan arah. Pemimpin harus benar-benar tahu dan sadar akan posisinya, ia tidak boleh hanya mementingkan kepentingan politik, golongan ataupun kepentingan pribadi.