Hidayatullah.com–Salah satu bagian dari ide materialisme yang dianut oleh liberal dan neo komunisme adalah budaya konsumerisme. Konsumerisme adalah sikap konsumtif masyarakat yang terjebak pada gaya hidup. Demikian ujar CEO United Balimuda Corp, Happy Trenggono.
Menurut presiden Indonesian Islamic Business Forum (IIBF) ini, konsumerisme adalah tanda-tanda mentalitas yang memiskinkan seseorang.
Menurutnya ada orang kaya dan ada orang yang kelihatannya kaya. Orang yang fokusnya itu membangun kekayaan berbeda dengan orang yang ingin terlihat seperti orang kaya. Orang yang membangun kekayaan tidak peduli dengan gaya hidup, tapi fokusnya pada karakter yang memakmurkan. Baik memakmurkan dirinya, bangsa dan orang lain.
“Namun orang yang ingin kelihatan kaya ini fokusnya hanya pada life style (gaya hidup), makanya fokusnya pada konsumerisme, ini yang menciptakan budaya miskin,” jelas kepada hidayatullah.com, Rabu (03/10/2012).
Menurutnya penggagas “Beli Indonesia” ini, maraknya konsumerisme di Indonesia juga tidak terlepas dari krisis karakter bangsa Indonesia yang mengalami degradasi jati diri. Sikap pemerintah Indonesia yang terlalu bergantung pada kekuatan luar negeri justru menjadi sumber utama yang menimbulkan masalah baru dalam tatanan masyarakat.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Konsumerisme itu budaya berhutang yang paling buruk, dan di Indonesia itu paling besar,” tambahnya lagi.
Karenanya, melalui gerakan “Beli Indonesia” Happy Trenggono mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih bangga dengan produk dalam negeri dan menolak gaya hidup dan sikap ketergantungan dengan produk-produk asing yang masuk ke Indonesia.*