Hidayatullah.com—Untuk menggembosi dan menyeret organisasi massa (ormas) Islam agar terjebak dalam isu terorisme saat ini ditengarai ada operasi intelijen yang menyusupkan agennya ke tubuh-tubuh organisasi massa (ormas) Islam. Pernyataan ini disampaikan pengurus Dewan Pimpinan Pusat Jamaah Anshorut Tauhid (JAT), Son Hadi. Menurut Son Hadi, operasi ini bertujuan untuk membangun perpecahan internal di dalam tubuh ormas-ormas Islam. Salah satu hal yang dikembangkan kalangan intelijen adalah budaya takfir (baca:mengkafirkan) sesama Muslim.
“Kelompok yang suka mentakfirkan sesama Muslim ini sengaja dibikin untuk memecah belah umat Islam, apalagi kapasitas ilmu mereka tidak mumpuni untuk menguasai kaidah takfir tersebut,” jelas Son Hadi kepada hidayatullah.com di kantor MUI Jakarta, Kamis (01/11/2012) kemarin.
Menurutnya, munculnya kelompok ini terjadi ketika adanya perbedaan pendapat mengenai metode dalam memperjuangkan Islam. Kelompok-kelompok yang memilih perjuangan Islam melalui jihad qital dan bersenjata cenderung mengkafirkan kepada kelompok yang memilih jalan dakwah tanpa bersenjata atau berdakwah dengan jalan damai.
Orang terdekat dengan Abubakar Ba’asyir ini mengakui, operasi intelijen seperti ini jelas sangat merugikan JAT itu sendiri. Son Hadi mengakui bahwa jihad adalah perintah Al -Qur’an hanya pelaksanaan jihad itu sendiri tidalah sembarangan. Karena harus memiliki syarat-syarat yang ketat dan tidak sembarangan.
Kemampuan ‘berjihad’ yang dimaksud menurut Son Hadi bukanlah kemampuan untuk meledakkan bom dan sejenisnya. Sementara kemampuan yang diyakini JAT adalah komitmen dalam beramal sholeh di tengah masyarakat.
“Akhirnya banyak orang-orang yang ingin berjihad qital ini ingin melakukan pengeboman, namun mereka sering menafikan bahwa subsidi-subsidi bahan-bahan pengeboman tersebut bersumber dari intelijen itu sendiri. Inilah celah dan jebakannya,” jelas Son Hadi lagi.
Son Hadi juga mengakui, Ustad Abubakar Ba’asyir sendiri tidak pernah mengkomando jihad bersenjata di kawasan Indonesia.
“Kita harus sadar betul, bahwa bahan-bahan peledak hingga senjata api semua itu milik aparat. Tidak mungkin ada orang sipil memiliki bahan-bahan itu kalau tidak ditunggangi aparat,” jelasnya lagi.
Son Hadi juga mengakui jika ormas JAT yang hingga hari ini menjadi bulan-bulanan Densus 88 atas tuduhan terorisme. Pihaknya bahkan tak kurang-kurang melakukan klarifikasi ke Divisi Humas Mabes Polri. Hanya masalahnya, menurut Son Hadi, pihak kepolisian banyak yang tidak menguasai permasalahan lapangan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Suka atau tidak suka menurut Son Hadi, JAT memang akan selalu dibidik dengan tuduhan terorisme. Semua ini karena JAT adalah organisasi yang sudah dimasukkan Pentagon Amerika Serikat sebagai “organisasi teroris”.
Lebih-lebih, menurut Son Hadi, JAT yang didirikan oleh Abubakar Ba’asyir, adalah orang yang paling dibenci oleh Amerika Serikat.
“Semua ini permainan intelijen untuk merusak citra JAT. Juga untuk menghentikan dakwah JAT. La Hawla Wa La Quwwata Illah Billah,” tambah Son Hadi. Ia menegaskan, tidak ada satupun kader JAT yang terlibat dalam isu-isu terorisme selain semua itu fitnah yang dibangun intelijen.*