Hidayatullah.com–Pemerintah semestinya mengembangkan konsep ilmu ‘fardhu ain’ dan ‘fardhu kifayah’. Pernyataan itu disampaikan Dr Adian Husaini dalam pengajian dua mingguan Insitute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) Sabtu pagi, (17/11/2012) di Kalibata, Jakarta Selatan.
Saat ini, menurut peneliti INSISTS ini, pemerintah cenderung mengikuti cara berfikir Barat dalam pengembangan ilmu. Yaitu membagi ilmu dalam ‘natural sciences’ dan ‘social sciences’.
“Akhirnya pendidikan sekarang cenderung materialistik. Menanamkan orang takut. Takut tidak lulus. Setelah lulus takut tidak dapat pekerjaan. Setelah itu takut tidak nikah dan seterusnya,”kata Adian.
Doktor lulusan ISTAC-IIUM Malaysia ini juga menganjurkan pemerintah agar mengadopsi konsep Imam Al Ghazali yang membagi ilmu selain fardhu ain dan fadhu kifayah, juga membagi ilmu aqliyah dan ilmu syar’iyyah.
Ia berharap dengan demikian murid-murid (Muslim) nantinya semua wajib mengambil pelajaran ilmu-ilmu syari’yah yang penting. Seperti semua mahasiswa Muslim wajib mengambil bahasa Arab, Ulumul Qur’an, Ulumul Hadits dan seterusnya selain ilmu-ilmu fardhu kifayah yang akan ditekuninya atau menjadi profesinya.
Dalam kajian yang dihadiri sekitar 70 anak-anak muda itu, Adian berharap mahasiswa-mahasiswa Muslim mempunyai dignity, kebanggaan menjadi seorang Muslim.
“Dignity inilah yang sangat ditekankan Prof Dr al Attas dalam kuliah-kuliahnya,” tutur Adian yang mengaku ketika kuliah tidak sempat diajar Attas karena menurutnya ISTAC keburu ditimpa masalah.
“Istri Attas tadinya non Islam, kemudian diislamkan dan kemudian dinikahinya,”terang doktor bidang pemikiran dan peradaban Islam ini.
Menurutnya, sumbangan Attas yang penting adalah bagaimana Muslim menghadapi Barat ini.
“Al Attas menekankan problem yang terpenting bagi umat adalah ilmu, kerusakan ilmu yang diakibatkan oleh peradaban Barat. Memang ada problem politik, ekonomi dan seterusnya tapi yang menjadi akarnya adalah problem ilmu,” tegasnya.
Karena itu Attas mencoba membangun keilmuan yang dilandasi sepenuhnya oleh Islam. “Meski beberapa orientalis dibolehkan mengajar di ISTAC, tapi Attas selalu ‘mengcounter’ pemikiran-pemikiran orientalis yang salah,” ujar pria yang juga Ketua Program Pendidikan Islam Pascasarjana UIKA ini.
Pendidikan Islam dan Adab
Selain itu, Adian juga menjelaskan, konsep adab yang digagas oleh Prof Attas dalam sebuah sseminar pendidikan Islam di Makkah tahun 70-an, sebenarnya digali dari para ulama.
“Konsep adab atau ta’dib ini meliputi tarbiyah dan ta’lim,”terangnya.
Adian mencontohkan, misalnya banyak hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi Wassalam yang menggunakan istilah adab.
“Adab bukanlah sopan santun yang digali dari budaya. Adab adalah sebuah sikap yang bersumber dari wahyu Allah Subhanahu Wata’ala,” jelasnya. Seperti Hadits Rasulullah, “Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adab mereka.” (HR Ibn Majah).
Ia juga mengutip sebuah hadits lain berbunyi, “Jika seseorang mendidik anaknya (menjadikan anaknya beradab), maka itu lebih baik baginya daripada bersedekah setiap harinya setengah sha’. (HR Imam Ahmad).
Menurut Adian, istilah “adab” dalam kedua hadits Nabi tersebut identik dengan istilah pendidikan saat ini. Karena itulah, istilah “adab” juga merupakan salah satu istilah kunci dalam Islam.
Para ulama telah banyak membahas makna adab dalam pandangan Islam. Di Indonesia, menurut Adian, KH. Hasyim Asy’ari, pendiri NU, menulis sebuah buku berjudul “Aadabul ‘Aalim wal-Muta’allim” (Adab guru dan murid. Buku ini dinilai membahas secara panjang lebar tentang masalah adab.
Kiai Hasyim Asy’ari membuka kitabnya dengan mengutip hadits Rasulullah; “Haqqul waladi ‘alaa waalidihi an-yuhsina ismahu, wa yuhsina murdhi’ahu, wa yuhsina adabahu” (Hak seorang anak atas orangtuanya adalah mendapatkan nama yang baik, pengasuhan yang baik, dan adab yang baik).
Adian juga mengutip ulama Hasan al-Basry yang menyatakan: “In kaana al-rajulu la-yakhruja fii adabi nafsihi al-siniina tsumma siniina” (Hendaknya seseorang senantiasa mendidik dirinya dari tahun ke tahun).
Dalam kesempatan itu, intelektual muda ini juga menyemangati agar para mahasiswa terus bangga dan memegang teguh keyakinan Islam yang mulia itu.
Adian mengutip Mohammad Iqbal dan Mohammad Asad, tentang bahaya kaum Muslimin bila telah kehilangan keyakinan dan terpengaruh dengan peradaban Barat yang materialistik itu.
“Conviction enabled Abraham to wade into the fire, conviction is an intoxicant which makes men self sacrificing; know you oh victims of modern civilization! Lack of conviction is worse than slavery,” demikian ia mengutip Iqbal.
Menurut Adian, di antara mereka yang terpengaruh Barat adalah Abdullah Chevdet, pendiri CUP, Turki Muda. Abdullah Chevdet sempat menyatakan, “There is only one civilization, and that is European civilization. Therefore, we must borrow western civilization with both its rose and its thorn.” */nuim