Hidayatullah.com–Umat Islam perlu menguatkan pondasi syariat sebagai benteng keluarga. Hal ini diperlukan karena kunci ketahanan keluarga saat ini sedang menghadapi ancaman dari budaya Barat yang rusak, demikian disampaikan salah satu pengasuh Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Abdurochim Ba’asyir.
Menurut Iim, demikain ia akrab disapan, ketahanan pertama yang harus dibangun dalam keluarga Muslim adalah kekuatan tauhid. Dengan kuatnya tauhid, seorang Muslim tahu jalan hidup antara yang haq dan yang bathil.
Sedang ketahanan kedua adalah menegakkan shalat lima waktu. Sebab orang yang memiliki tauhid pasti mengenal Allah Subhanahu Wata’ala. Dan orang-orang ini pasti takut meninggalkan shalat.
“Meninggalkan shalat adalah pintu pertama kemunkaran, orang yang kokoh tiang shalatnya pasti benci terhadap kemunkaran,” jelasnya saat menjadi pembicara dalam kegiatan “Solo Muslim Fair 2013”, di Solo, Selasa (09/10/2013).
Iim menjelaskan, orang yang meninggalkan shalat akan mudah terbawa hawa nafsunya. Dan orang yang mengikuti hawa nafsunya itu lebih buruk dari binatang.
“Karena itulah apapun permasalahan masyarakat hanya bisa diselesaikan dengan pembangunan nilai-nilai akidah Islam,” jelasnya lagi.
Adapun menurutnya, beberapa tahap membangun ketahanan akidah itu harus dimulai dari lingkup keluarga. Jika ada anggota keluarga sudah rusak budaya syariatnya maka akan berdampak pada kualitas keluarga itu sendiri.
Keluargaa jangan diam meihat anak-anak tumbuh menjadi manusia-manusia rusak. Dan keluarga harus jadi payung yang melindungi akidah anggota-anggotanya.
Selain faktor keluarga, lingkup masyarakat juga berperan penting dalam ketahanan keluarga. Jika kemaksiyatan dibiarkan tumbuh dalam masyarakat maka anak-anak akan tumbuh mengikuti arus masyarakat itu.
“Maka dari itu kita harus jeli memilih lingkungan masyarakat, jangan mudah terwarnai oleh kejahiliyaan yang masih ada di masyarakat,” tambahnya.
Sedang ketahanan yang ketiga, adalah lingkungan pertemanan anggota keluarga. Terutama anak-anak. Teman yang shaleh pasti mengajarkan kebaikan. Sedang teman yang rusak pasti juga akan mengajarkan kebejatan.
“Jangan remehkan kualitas lingkungan pendidikan anak-anak kita,” jelasnya.
Sebab menurutnya, latar belakang pendidikan sangat mempengaruhi cara melihat suatu permasalahan hidup. Pendidikan sekuler akan mendidik kita melihat masalah dari sudut pandang sekuler pula. Sedang pendidikan Islam akan membangun sudut pandang keislaman dalam dirinya dalam melihat sebuah masalah.
“Pendidikan di sekolah Islam atau pesantren jelas memilik dampak berbeda dengan pendidikan di sekolah umum, apalagi non Islam,” tandasnya.
Karena menurutnya, sangat penting mendidik anak-anak kita dengan pemahaman syariat sejak dini.
Yang keempat, ikut memanta dan menjaga lingkungan keluara dari informasi luar. Jangan biasakan keluarga kita terbiasa dengan media dan informasi yang membawa arus maksiat. Perkembangan internet, televisi dan lain sebagainya harus dikontrol.
“Sebab kenyakinan terbangun berdasar informasi. Kenyakinan menghasilkan sebuah perilaku. Kenyakinan yang benar akan membawa sikap yang benar, kenyakinan salah membawa sikap yang salah pula,” ujarnya kepada para peserta yang hadir.
Ketahan yang terakhir adalah pengetahuan agama. Sering orang melihat cara pandang yang keliru terhadap syariat Islam. Sementara itu, masih ditambah semakin buruk dengan hilangnya figur keteladan kalangan Muslim untuk memberi contoh akhlak yang benar.
Karena itulah, mengapa penanaman akidah yang benar merupakan kunci mewujudkan model figur-figur akhlak mulia.
“Inilah kunci lahir keluarga Muslim yang tangguh. Keluarga seperti ini tidak akan terwarnai oleh perubahan zaman yang penuh kejahiliyaan.”*