Hidayatullah.com– Seorang pria tunanetra berhasil menghafalkan 30 juz Al-Qur’an dalam keadaan buta, dalam waktu 8 bulan. Ia adalah Abdul Manan, yang terpilih menjadi salah satu Inspirator Al-Qur’an pada acara Majelis Pecinta Al Qur’an yang digelar Griya Al Qur’an Surabaya.
“Saya menghafal Al-Qur’an setelah dua tahun tidak bisa melihat, tepatnya pada tahun 2009 dan saya tidak bisa melihat mulai 2007, saat itu saya mulai menghafal dengan menggunakan Mp4 yang dibantu oleh istri saya,” tutur Manan di sela-sela acara itu digelar di gedung DBL Arena Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/09/2018) rilis diterima hidayatullah.com kemarin.
Pada kesempatan itu, sebanyak 206 penghafal Al-Qur’an dikumpulkan. Ratusan penghafal hafizh itu juga diwisuda secara bersama-sama yang disaksikan sekitar 2000 masyarakat yang hadir.
Manan mengaku mulai menghafal Al-Qur’an di usia 39 tahun. Sudah 9 tahun ini, pria 48 tahun tersebut menekuni Al-Qur’an. Setiap 1 pekan, ia mengaku selalu menambah hafalan 1 juz, begitu seterusnya, hingga ia menghafal 30 juz dalam waktu 8 bulan.
Pria asli Probolinggo ini menceritakan metode menghafalnya.
“Saya hanya mengandalkan Mp4, saya dengarkan sebanyak-banyaknya, sambil mencoba menirukan. Ini saya lakukan pada tengah malam setiap hari, seusai bangun dari tidur. Bacaan itu terus-menerus saya ulang,” akunya.
Manan mengaku sempat shock saat indera pengelihatannya direnggut penyakit glukoma. Ia merasa hancur kala itu.
“Bahkan rumah tangga saya di ujung tanduk. Bukan karena istri saya yang tidak menerima, namun saya merasa tidak pantas jadi suami. Saya tidak bisa bekerja lagi,” katanya.
Kegundahannya berlangsung selama dua tahun, sampai kemudian ia memutuskan untuk menjadi penghafal Al-Qur’an.
Di awal-awal kebutaan, Manan bercerita, seorang teman menyarankannya untuk mencoba menghafalkan Al-Qur’an.
“Hanya saya iyakan, tapi saat itu saya merasa tidak mungkin. Wong saya melihat aja tidak bisa hafal, apalagi saat saya buta,” ujarnya.
Baca: Deklarasi Hapus Buta Huruf Qur’an Warga Binaan LP se-Indonesia
Namun setelah dua tahun berjalan, ia mengaku harus bangkit. Ia merasa harus membuktikan, bahwa ia bukan tunanetra biasa, ia mencoba menghafalkan Al-Qur’an secara diam-diam, tanpa diketahui istri dan anaknya.
“Mereka baru tahu saat saya sudah hafal 30 juz Al-Qur’an. Mereka kaget bukan main,” akunya.
Manan dan para Inspirator Al-Qur’an yang hadir di acara Majelis Pecinta Al Qur’an, menurut Wirawan Dwi, Ketua Panitia, membuat warna tersendiri dalam kegiatan itu.
“InsyaAllah mereka akan menjadi inspirator peserta yang hadir untuk menjalani tahun selanjutnya dengan lebih mantap dengan naungan Al-Qur’an,” tegas Wirawan.*