Hidayatullah.com–Kontes Miss World yang tetap akan digelar di Indonesia terus mendapat kritikan dan penolakan dari berbagai elemen masyarakat. Alih-alih ingin memuliakan kaum wanita justru ajang internasional ini dinilai hanya akan merendahkan derajat kaum hawa.
“Maaf ajang tersebut seperti mengadopsi akan perlombaan pada dunia binatang, di mana faktor fisik lebih dominan menjadi penilaian dibanding yang lain. Coba peserta yang berkulit legam dengan berat badan yang di atas proporsional apa bisa menang?,” pendiri Irena Center, Irena Handono kepada hidayatullah.com, Selasa (04/06/2013).
Menurut Ketua Dewan Pakar Gerakan Muslimat Indonesia (GMI) mengajak seluruh masyarakat khususnya umat Islam untuk bersama-sama menolak ajang Miss World tersebut berlangsung di Indonesia. Menurutnya negeri yang mendapat predikat sebagai negara penduduk muslim terbesar ini tidak pantas menjadi tuan rumah kontes ratu sejagad tersebut.
Selain itu, Indonesia yang terdiri dari berbagai suku yang masih memegang adat ketimuran yang tinggi dengan menjunjung nilai sopan santun,justru akan kehilangan jati dirinya.
Menurutnya tidak ada satu suku bangsa pun yang membolehkan seorang wanita membuka aurat di depan umum apalagi di perlombakan dalam sebuah kontes.
“Saya kira jati diri bangsa akan hilang, mungkin saja bangsa lain juga akan merendahkan kita. Mau ditutup dengan apa wajah kita sebagai negeri Muslim terbesar di dunia ini?,” tanya mantan biarawati ini.
Tak ada satupun, keuntungan yang di dapat dari bangsa Indonesia jika ajang tersebut tetap dipaksakan berlangsung termasuk citra pariwisata. Yang terjadi justru menurunnya budaya malu serta memacu tumbuhnya budaya hedonisme khususnya bagi generasi muda.Untuk itu ia berharap pemerintah mau mengkaji ulang dan berpikir jangka panjang akan dampak sosialnya.
“Pemerintah harusnya mendengar suara dan aspirasi rakyat. Pantia juga jangan sekedar mencari sensasi dengan keuntungan materi saja, pikirkan juga akan mau dibawa kemana generasi muda bangsa? Jangan malah dibina dengan ajang yang menipu dan menyesatkan tersebut. Ini harus menjadi keprihatinan bangsa bukan kebanggaan,” tegasnya.*