Hidayatullah.com–Karen Armstrong, penulis produktif dan peneliti masalah-masalah agama asal Inggris hadir di Indonesia, 13 – 15 Juni 2013. Dia hadir atas undangan penerbit buku Mizan untuk mempromosikan gerakan Charter for Compassion (piagam welas asih) yang digagasnya sejak 2008.
“Compassion bukanlah merasa kasihan. Tapi sikap untuk memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan orang. Dan tidak memperlakukan orang lain seperti kita juga tidak ingin diperlakukan seperti itu,” kata mantan biarawati Katolik berusia 69 tahun ini.
Penerbit Mizan menerjemahkan “compassion” dengan “welas asih”. Kata Karen, semangat “welas asih” ini didapatnya setelah melakukan kajian mendalam terhadap sejarah bangsanya sendiri.
Katanya, banyak orang di negaranya bertanya tentang kebencian dan permusuhan dari bangsa-bangsa lain -termasuk muslim- kepada Inggris. Jawab Karen, itu karena berbagai penjajahan yang dilakukan Inggris di masa lalu.
“Di masa lalu kita mempermalukan dan merendahkan bangsa lain melalui penjajahan. Itu sebabnya banyak orang yang ingin membalasnya,” katanya menjelaskan.
Tokoh agama dan pengusaha
Kata Karen, ajaran welas asih ada di setiap ajaran agama. Itu sebabnya ia ingin mendapatkan dukungan dari tokoh-tokoh agama sedunia untuk piagam gerakan moral yang digagasnya itu. Dia mengaku sudah mendapat dukungan sekitar 100 tokoh agama. Dari Indonesia di antaranya, Syafii Maarif (mantan Ketum PP Muhammadiyah) dan tokoh NU KH. Mustofa Bisri.
Hidayatullah.com sempat bertanya padanya, apa yang akan dia lakukan dengan kumpulan dukungan terhadap piagam tersebut. Katanya, awalnya dia tidak tahu mau diapakan dan cuma berharap akan ada demonstrasi besar.
Tapi ternyata, katanya, ide dia disrespons positif oleh kalangan pengusaha di antaranya bos Microsoft Bill Gate. Belakangan ide dia juga direspons beberapa walikota di dunia dengan wujud City of Compassion yang digagas pertama kali oleh walikota Seattle, AS.
Selain kota welas asih, idenya juga diikuti oleh perusahaan, sekolah, rumah ibadah, dan kalangan medis.
Kata Karen, dia sengaja membidik kalangan pengusaha karena mereka mau mendengar idenya. “Para politisi tidak mau mendengar orang seperti saya, tetapi mereka mau mendengar ucapan para pengusaha,” katanya.
Selama di Indonesia, Karen akan melakukan beberapa ceramah umum seperti di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jakarta pada Sabtu pagi (15/06/2013) dan Universitas Paramadina pada sore harinya.
Di antara bukunya yang terkenal adalah A History of God, Muhammad Prophet of Our Time, The Case of God, dan Battle for God.*