Hidayatullah.com–Dalam keterangan pers di DPRD Padang, Kamis (13/06/2013), Ketua Bidang Fatwa dan Hukum MUI Sumbar Gusrizal Gazahar menegaskan, penolakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat atas pembangunan super blok Siloam di kota Padang MUI oleh Lippo Group milik James T. Riady. Menurut MUI penolakan sudah melalui pertimbangan dan pembahasan yang matang.
“Sikap tegas MUI serta ormas Islam setelah melalui pertimbangan yang matang, mengkaji dari berbagai aspek, termasuk juga dengan LKAAM, pemangku adat, dan sebagainya,” ucapnya. Surat penolakan MUI diantarkan langsung ke DPRD dan Pemko Padang
MUI Sumbar juga menilai adanya pembangunan super blok siloam (rumah sakit, mall, sekolah, hotel dan sarana lain), tidak murni sebagai suatu bisnis, namun terdapat berbagai macam yang ujungnya bisa merobah wajah Sumbar dan Minangkabau yang memiliki falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah (ABS-SBK).
Buya Gusrizal mengkritisi pernyataan pemimpin kota yang siap pasang badan seandaikanya kelak ada praktik pemurtadan. Soalnya dia tidak akan selamanya punya jabatan. Dan kelak dia entah di alam mana.
“Kini dengarkanlah suara ulama, suara umat. Batalkan pembangunan Super Blok Siloam,” tegasnya.
Buya memperingatkan, MUI akan terus melakukan penolakan dengan cara-cara yang sesuai dengan aturan di MUI.
“Tapi, jika pemerintah masih bersikeras terhadap pembangunan RS Siloam dan sebagainya, maka umat Islam akan bereaksi keras. Karena, persoalan akidah ini merupakan hal yang sensitif sekali,” katanya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Surat penolakan MUI Sumbar itu diserahkan langsung pada Wakil Ketua DPRD Padang Hadison. Sebelumnya, belasan Ormas Islam, LKAAM dan Paga Nagari juga telah menolak pembangunan Super Blok Siloam itu, bahkan elemen mahasiwa dan pelajar telah melancarkan aksi unjukrasa di DPRD Padang.
Dipenghujung tahun 70-an, pembangunan RS Imanuel juga pernah digagalkan di kota Bukittinggi. Saat itu masyarakat Minang yang di kampung dan di rantau kompak memprotesnya. *