Hidayatullah.com–Setelah ditutup tiga hari lalu secara resmi deklarasi “Klakah Rejo Bebas Prostitusi” oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini, lokalisasi pelacuran yang terlatak di Klakah Rejo Benowo Surabaya Barat tetap masih tetap beroperasi seperti biasa.
Salah satu wisma yang buka adalah Sido Moro. Di tempat ini ada enam orang Wanita Tuna Susila (WTS) dan mucikarinya beroperasi.
“Kami belum tutup sampai hari ini karena belum menerima dana kompensasi yang di janjikan,” ujar Tasmira, seorang mucikari asal Tuban kepada hidayatullah.com, Selasa (27/08/2013).
Sampai hari ini Tasmira mengaku masih membuka wisma tempat praktek prostitusinya beralasan, ada masyarakat yang belum setuju penutupan.
Sebagaimana diketahui pada hari Ahad, 25 Agustus 2013, pasca deklarasi oleh Walikota Surabaya, kelompok pro maksiat di Klakah Rejo melakukan perusakan. Puluhan massa mengamuk dan merusak plakat papan nama sebagai simbolis ditutupnya praktek pelacuran di daerah itu.
Plakat papan nama yang terpasanga di depan pos dan gang RT 03 RW 02 dicopot paksa oleh pendemo.
Saat hidayatullah.com ke lokasi, tinggal dua tiang besi berwarna orannge yang tertinggal. Daun papannya pun diletakan di dalam pos Linmas.
“Ratusan orang demo menentang, mereka tak setuju lokalisasi ini ditutup, saya pun keberatan karena baru saya perpanjang kontrak wisma ini,” ucap Tasmira yang kini berusia 54 tahun.
Ia mengaku jika lokalisasi ini ditutup akan mengalami kebangkrutan, karena uang kompensasinya tak cukup untuk mengganti biaya sewa wisma.
Wanita yang mengaku sudah puluhan tahun bekerja di dunia perzinahan ini tak yakin bisa mendapat penghidupan lebih baik
“Jika mau ditutup semua lokalisasi harus serempak ditutup di Jawa Timur,” ungkpannya kepada hidayatullah.com.
Dukungan masyarakat dan MUI
Berbeda dengan suara mucikari, warga sekitar Klalah justru sangat mendukung penutupan lokalisasi prostitusi tersebut.
”Saya sangat setuju, kami warga sini telah dimintai persetujuan dan kami setuju untuk pemerintah melakukan tindakan penutupan,” ujar Joko kepada hidayatullah.com.
Menurutnya lokalisasi di gang sebelah rumahnya itu tidak baik untuk pendidikan anak-anak mereka . Oleh karena itu ia sangat setuju untuk ditutup.
Joko sangat menyesalkan adanya demo dan pengrusakan plakat papan nama oleh mereka yang demo pro mucikari. Ia yakin mereka bukan warga sini.
“Ini tindakan tak mewakili masyarakat sini, kami setuju lokalisasi ini di tutup,” ucapnya. Joko bahkan berharap bukan wisma saja yang ditutup, tapi cafe-cafe memsum juga ditutup. Karena jika masih ada café, praktek prostitusi akan tetap ada.
Senada dengan masyarakat sekitar, Sekretaris MUI Jawa Timur Mohammad Yunus juga member apresiasi Walikota Surabaya.
“Apa yang dilakukan Walikota sudah benar. Sekarang, polisi harus mengusut kelompok yang merusak dan menghalangi aparat,” ujarnya pada hidayatullah.com.*/Samsul Bahri