Hidayatullah.com — Rektor Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Dr. Ending Bahruddin, menilai antara dangdut Koplo dan acara Miss World sama-sama mudharat, alias tidak membawa kebaikan. Melakukan dua perbandingan seperti itu, sejatinya menunjukkan bahwa pendukung kontes mengetahui adanya kemudharatan di balik itu.
“Membandingkan seperti itu sebenarnya menunjukkan bahwa yang mendukung tahu saja kalo itu (kontes, red) banyak mudharatnya. Jadi kalau sudah tahu itu tidak baik, kenapa tetap harus digelar,” kata Ending kepada hidayatullah.com, Selasa (03/09/2013).
Pernyataannya disampaikan menanggapi beberapa pihak pendukung rencana penyelenggaraan kontes kecantikan Miss World 2013 yang kerap membandingkan bahwa ajang acara dari asing ini lebih baik dari dangdut Koplo yang ada di kampung-kampung.
Menurut sebagiakn pro acara Miss World, jika menolak ajang ini, maka seharusnya dangdut Koplo itu juga harus dilarang.
Menurut Ending, jika sudah mengetahui dengan sadar dangdut Koplo seronok dan berbahaya untuk anak bangsa, seharusnya Miss World dan dangdut nyapun harus sama-sama dilarang, karena sama berbahayanya.
“Dangdut Koplo saja kita masih kewalahan untuk mengatasinya, jangan ditambah lagi dengan Miss World. Masalah kita di dalam negeri ini sudah banyak, jangan ditambah lagi dengan mendatangkan masalah dari luar,” tukasnya.
Ending menyebutkan sampai saat ini Pemda Kabupaten Bogor belum memberikan izin penyelenggaran Miss World 2013 di wilayah tersebut. Pihaknya pun menyatakan sangat mendukung penuh kebijaksanaan itu.
Ia mengakui, kalau memang panitia mengatakan kontes Miss World itu ada mafaatnya, itu ia tidak pungkiri. Tapi mudharatnya lebih besar, tegasnya.
“Masyarakat meghendaki agar kontes itu tidak digelar. Tapi jangan anarkis dan tetap elegan. Alhamdulillah, Pemda mendukung aspirasi masyarakat,” imbuhnya.
Ditanya apakah pihaknya turut mengerahkan massa dalam aksi damai menolak penyelenggaraan tahunan tersebut, “Itu tidak mustahil,” tandasnya.*