Hidayatullah.com—Mantan Ketua Yayasan Nida’ul Fithrah (YNF) Dr Ainul Haris mengatakan, dirinya sudah tidak lagi menjadi ketua YNF. Pernyataan ini disampaikan guna menjawab tuduhan Ketua PBNU KH. Said Aqiel Siradj yang sebelumnya menyebut-nyebut namanya di beberapa media massa.
“Saat ini saya bukanlah Ketua Yayasan Nida’ul Fithrah. Ketua Yayasan Nida’ul Fithrah sekarang adalah Muhammad Nur Yasin,” demikian pernyataan Ainul Haris dalam rilis pers yang dikirim ke redaksi hidayatullah.com, Selasa (03/09/2013).
Dalam pernyataannya Haris menyataan, dirinya perlu menjelaskan ini sehubungan di banyak media, Ketua PBNU KH Said Aqiel Siradj telah banyak menyebut-nyebut namanya.
Seperti diketahui, seusai melantik pengurus baru PWNU Jawa Timur, Dr Said Aqiel Siradj sempat mengatakan pihaknya telah menyerahkan nama-nama 12 Yayasan berpaham radikal kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti dan dibubarkan.
Di antaranya Ketua PBNU itu menyebut nama Yayasan al-Fitroh, beralamat di Perumahan Galaxi Ruko 26-30, Jl, Arif Rahman Hakim, Surabaya yang diketuai oleh Ainul Haris.
“Pertama, secara data apa yang dinyatakan oleh Kiai Said itu sudah salah kaprah. Kesalahan data itu ironinya diulang-ulang,” tulis Haris.
Yang benar, demikian kata Haris, nama yayasan tersebut adalah Yayasan Nida’ul Fithrah, beralamat di Ruko Galaxi Bumi Permai Blok G6-16 Jalan Arif Rahman Hakim No. 20-36 Surabaya.
Haris juga menegaskan bahwa saat ini dirinya bukanlah Ketua yayasan Nida’ul Fithrah karena ketua yayasan Nida’ul Fithrah sekarang adalah Muhammad Nur Yasin.
Selain itu, ia juga menyebut, data keduabelas yayasan yang disebut Kiai Said banyak yang salah. Seperti misalnya, Ketua yayasan al-Sofwa Maman Abdurrahman dan Farid Uqbah, padahal yang benar ketuanya adalah Abu Bakar Altway.
Sementara dirinya (Ainul Haris, red) saat ini mengaku tercatat sebagai penasihat Masjid Ibrahim bin Muhammad yang terletak di Kompleks Angkatan Laut (AL) Semolowaru Bahari, Surabaya.
Lebih lanjut, Ainul Haris mengajak semua pihak berhati-hati dalam mengeluarkan statemen yang belum jelas dan tanpa klarifikasi, apalagi menyangkut isu yang sangat sensitif, seperti isu terorisme dan wahabi.
Menyangkut tuduhan ajaran Syekh Muhammad Ibnu Abdul Wahab yang dinilai radikal dan cenderung bisa menjadi biang terorisme Ainul menampiknya.
Sebab menurutnya, ia telah melakukan penelitian doktoralnya tentang masalah ini.
“Saya meneliti ajaran Muhammad Ibn Abdul Wahhab langsung dari berbagai sumber primer terutama karya Muhammad Ibn Abdul Wahhab yang berjumlah belasan jilid.”
Ia menegaskan, dari penelitiannya tersebut, ia tidak mendapati ada satu pun ajaran Ibn Abdu Wahhab yang menyimpang.
Seperti diketahui, Ainul Haris sebelumnya dinyatakan lulus dalam program doctoral di IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan disertasi berjudul, “Pemikiran Muhammad Ibnu Abdul Wahhab tentang Kenabian” dan berhasil dipertahankan di hadapan tujuh profesor di IAIN Surabaya hingga ia dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude.*