Hidayatullah.com—Gaya hidup remaja Kota Depok, Jawa Barat yang makin permisif dan maraknya penyakit social di kalangan remaja di kota-kota besar membuat prihatin Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait.
Arist mengaku, dirinya prihatin dan mendesak semua pihak mengantisipasi penyakit sosial itu agar tak semakin meluas.
“Penyimpangan harus diantisipasi agar tidak semakin meluas. Jangan kita biarkan remaja-remaja lainnya terpengaruh,” kata Arist Merdeka dalam perbincangan dengan hidayatullah.com, Selasa (08/10/2013) menanggapi gaya hidup remaja.
Arist memandang, penyimpangan orientasi seks yang melanda anak-anak usia remaja tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kecanggihan teknologi informasi yang bahkan dapat diakses kapan, di mana, dan oleh siapa saja.
Melalui kemudahan untuk mengakses teknologi informasi, memungkinkan remaja kemudian sangat rentan terpapar pengaruh negatif pergaulan bebas. Apalagi, lanjut Arist, usia remaja dipandang masih labil sehingga belum cukup mampu memilah mana yang baik dan buruk.
“Solusinya, orangtua harus telibat aktif memprioritaskan pendidikan di dalam rumah seperti mengajarkan pendidikan moral dan agama kepada anak-anak. Selain itu, sekolah juga harus memberikan informasi kepada mereka tentang bahaya penyimbangan seks dan abnormalitas lainnya,” terang Arist.
Sebagaimana diberitakan media nasional belum ini, kini marak anak-anak belog usia SMP dan SMA di Depok. Belog sendiri berasal dari kata beloq, istilah untuk wanita penyuka sejenis alias lesbian.
Disebutkan, belum lama ini berdiri remaja wanita belog yang mengibarkan bendera Depok Belog Community dan disebut kerap berkeliaran di sejumlah mall seperti di Mal Depok, Margocity, ITC, Detos, Plasa Depok dan tempat billiard Cannon di Jalan Margonda Raya, Depok.
Penelusuran hidayatullah.com, Senin (07/10/2013) malam di salah satu mall terkenal di Depok menunjukkan fakta nya.
Sejumlah pengunjung mall menyatakan seringkali melihat pasangan lesbian kongkow di situ. Pengunjung mengaku, bisa membedakan mana wanita normal dengan wanita penyuka sesama jenis.
“Ya kan beda mas, kelihatan dari gayanya beda banget. Sering juga kok mereka nongkrongi tempat kita,” kata seorang pegawai perempuan salah satu restoran di mall ternama di Depok.
Pengunjung mall sebut saja namanya Sita, mengatakan sering melihat pasangan lesbian berlalu lalang berpelukan tanpa canggung. Ia bisa menyimpulkan demikian karena sikap mereka memang terlihat lain dan berbeda dengan umumnya perempuan.
“Biasanya itu jam 11 ke atas mas, di depan-depan sana, pinggir jalan, mereka nongkrong di sana biasanya. Kan daerah situ gelap,” ujarnya seraya meminta namanya tak disebutkan.
Selain marak dan terang-terangan di lihat mata, komunitas mereka juga mudah ditemukan di dunia maya dan komunitas sosial media.*