Hidayatullah.com– Organisasi Pemuda Muhammadiyah Malang Raya dan Kokam Malang Raya bersama Pimda 027 Tapak Suci Kota Malang serta Ponpes Al Furqon Muhammadiyah Batu menolak kehadiran penceramah yang dianggap ‘terindikasi Syiah’.
Disebutkan dalam pernyataan sikap bersama mereka bahwa penceramah tersebut, Husein Ja’far Alhadar, diagendakan menjadi narasumber pada acara forum resmi Muhammadiyah pra muktamar mendatang.
“Husein Ja’far Alhadar dikenal memiliki jejak digital sebagai dai terindikasi Syiah, kehadirannya dalam forum pra muktamar seakan memberi panggung bagi aliran Syiah untuk mempromosikan ajarannya kepada warga persyarikatan, padahal Syiah sangat bertentangan dengan Muhammadiyah dalam aspek yang prinsip,” bunyi pernyataan bersama tersebut sebagaimana salinan yang diterima hidayatullah.com pada Sabtu (03/09/2022).
Pernyataan yang disampaikan di Malang, Jawa Timur, Jumat (02/09/2022) itu ditandatangani oleh perwakilan masing-masing organisasi, yaitu: PDPM Kota Malang (Mujahidin Ahmad, M.Sc), PDPM Kota Batu (Lukman Hakim, ST), PDPM Kabupaten Malang (Wahyu Suci Utomo, S.Pi), Ponpes Al Furqon Muhammadiyah Batu (Kiai Rahmat Azhar, Lc), Komandan Kokam Malang Raya (Ust. Abdul Kholik), dan Ketua Pimda 027 TS Kota Malang (Drs. Kusmadiyonno M.Pd, Pk.Ut).
“(Kami) keberatan dengan kehadiran tokoh yang diundang di acara pra muktamar (Husein Jafar Alhadar) karena terindikasi memiliki potensi mengaburkan aqidah umat, khususnya warga persyarikatan,” bunyi pernyataan mereka.
Selain menyatakan keberatan, mereka juga mengusulkan dan mengimbau panitia acara pra muktamar tersebut untuk mengundang tokoh-tokoh Muhammadiyah yang dinilai sudah jelas ideologi dan kontribusinya untuk persyarikatan, “Seperti: Ketua PWM, Ketua Ortom, dan praktisi berlatar belakang Muhammadiyah sebagai pemateri inti kegiatan tersebut,” imbuhnya pernyataan itu.
DPPM Kota Malang Mujahidin Ahmad dalam keterangan tertulisnya diterima hidayatullah.com, Sabtu (03/09/2022) menjelaskan, Muhammadiyah sebagai gerakan amar ma’ruf nahy mungkar di segala bidang sudah semestinya menjadi pelopor dalam menjaga aqidah umat. Dengan aqidah yang benar dan amal shaleh itulah, keberkahan dakwah Muhammadiyah terbukti mampu bertahan di segala zaman.
Ia menyatakan, agenda Muktamar Muhammadiyah dan seluruh rangkaiannya adalah momen terbaik untuk meneguhkan ideologi Muhammadiyah berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah Maqbulah, dan berusaha membersihkannya dari paham-paham yang merusak aqidah umat.
“Memberikan panggung kepada tokoh-tokoh yang terindikasi memiliki aqidah yang menyimpang akan memberikan dampak serius kepada gerakan persyarikatan, khususnya percikan api perdebatan di ranah grassroot (akar rumput, red), sehingga kearifan pimpinan dalam memilih narasumber dalam forum resmi Muhammadiyah hendaknya mempertimbangkan hal tersebut,” ujarnya.
Surat pernyataan sikap bersama tersebut ditujukan kepada pihak Panitia Pra Muktamar Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang.
UMM mengagendakan Seminar Pra-Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah, Sabtu (03/09/2022). Seminar mengambil tema “Muhammadiyah Menyambut Indonesia Emas 2045”.*