Hidayatullah.com—Ratusan pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam “Aliansi Pelajar Mahasiswa Indonesia untuk Kemerdekaan Berjilbab” mengajak masyarakat menyumbang jilbab untuk bangsa Indonesia.
Gagasan ini dilakukan mengingat sampai hari ini masih adanya pelarangan pemakaian jilbab di kalangan polisi wanita (Polwan) oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).
“Kita akan waqaf jilbab jika pemerintah tetap tidak menggubris,” ujar Irma Budiarti Sukmawati, jubir aksi ini saat long-mar di depan Istana.
“Kedua poin yang kita tuntut dalam aksi ini adalah segera keluarkan Kepres hak-hak jilbab dan mendesak agar SBY bersinergi dengan Mendikbud agar menerbitkan pedoman seragam untuk pelajar, agar segera direalisasikan.”
Sebelum aksi ini selesai, Irma dan kawan-kawan menuju Istana di mana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkantor mengirim surat guna mendesak SBY mengeluarkan Kepres soal jilbab.
Sebelumnya, Irma juga menyinggung peringatan Hari Kartini yang diperingati tiap tanggal 21 April. Menurut Irma, sebagaimana kaum wanita, feminis, dan masyarakat umum merayakan Hari Kartini atau biasa disebut sebagai cahayanya kaum wanita Indonesia, tapi, kenyataan bertolak belakang dengan kondisi yang ada. Terutama masih banyak wanita-wanita Muslim yang dilarang menggunakan jilbab.
“Hari ini tanggal 21 April kelahiran Kartini. Tapi perayaan itu tidak menyentuh hak-hak wanita Muslim,” ucap Irma yang berorasi di hadapan ratusan massa.
Sebagaimana diketahui, “Aliansi Pelajar-Mahasiswa Indonesia untuk Kemerdekaan Berjilbab” yang digagas beberapa asosiasi pelajar dan mahasiswa. Di antaranya; terdiri atas Pelajar Islam Indonesia (PII), Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU), Ikatan Pelajar Muslim (IPM), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamatan Organisasi (HMI MPO), Forum Silaturahim Dakwah Kampus (FSLDK).*