Hidayatullah.com– Prof Dr Imam Suprayogo mengkritik cara sebagian khatib dalam menyampaikan pesan khutbahnya. Menurut mantan Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini, pesan taqwa yang disampaikan kebanyakan khatib tidak jelas.
“Kalau di khutbah (disampaikan), orang ideal itu kan (yang) bertaqwa. Lalu (taqwa) didefiniskan oleh khatib-khatib itu nggak jelas, menurut saya,” ujarnya saat mengisi acara Curah Gagasan Konsep Pendidikan Berbasis Kebutuhan Global Menuju Indonesia Memimpin di Kalimulya, Depok, Jawa Barat, Rabu (25/6/2014) pagi jelang siang.
Menurut Imam, definisi taqwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Namun, para khatib dinilainya tidak menjelaskan secara rinci perintah dan larangan tersebut.
“Perintahnya apa, nggak jelas. Larangannya apa, nggak jelas. Khatibnya sama yang mendengarkan sama-sama nggak jelas,” ujarnya sambil berguyon disambut tawa puluhan peserta acara.
“Saya nggak menyalahkan taqwa, (taqwa) itu benar,” tambahnya segera.
Imam pun mengatakan bahwa yang lebih jelas adalah pengertian “ulul albab”. Istilah ini diambilnya dari al-Qur’an surat Ali Imran ayat 190-191. Di sini disebutkan, Ulul Albab adalah orang yang selalu mengingat Allah tatkala duduk, berdiri, dan berbaring.
“Kalau ingat Allah itu jangan takut kebanyakan, karena memang setiap saat (dilakukan),” ujarnya.
Ilmu Pengetahuan untuk Kenal Tuhan
Masih dari ayat tersebut, menurut Imam, manusia disuruh merenungkan penciptaan langit dan bumi. Perenungan ini membutuhkan ilmu pengetahuan.
Sehingga, ujarnya, pelajaran ‘umum’ seperti fisika, biologi, dan sejenisnya jangan dicap sebagai pelajaran orang kafir. Justru berbagai disiplin ilmu eksak tersebut harus dipelajari oleh umat Islam.
“Kita pelajari sampai semakin mengenal Allah. Itu mestinya,” ujarnya berpesan.
Imam pun menyayangkan pemikiran masyarakat yang menilai ilmu agama hanya sebatas kajian tafsir dan sebagainya. Pemikiran ini baginya perlu dikaji ulang benar-tidaknya.
“Jangan-jangan sumber Islam nggak maju karena berpikirnya begitu,” ujarnya mewanti-wanti.
Imam mengisi acara ini sejak sekitar pukul 10.45-13.25 WIB, dipotong shalat Zhuhur berjamaah di Masjid Ummul Quraa. Acara gagasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) ini digelar selama dua hari (Rabu-Kamis, 26-27/6/2014. Sekalian ralat; bukan sehari, sebagaimana ditulis sebelumnya).
Pada hari pertama, para pematerinya adalah Penggagas Global Village Dr Romeo Rissal, Imam Suprayogo, dan Nizma Agustjik (aktivis kemanusiaan di London). Acara yang dibawakan Ketua Pimpinan Pusat Hidayatullah Asih Subagyo ini terkait agenda BMH mendirikan Sekolah Pemimpin di kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.*