Hidayatullah.com–Kemarin sore, sehabis melakukan konferensi pers dan diskusi ilmiah di toko buku di kawasan Pondok Indah, Jakarta, Tariq Ramadhan yang juga membawa istri dan keempat anaknya melanjutkan belanja ke Pondok Indah Mall dengan diantar tiga orang pendamping dari penerbit Mizan. Setelah berbelanja keperluan harian, Tariq sempat duduk-duduk. Namun menjelang pulang, Tariq baru menyadari bila tas yang ditaruh di kereta dorong anaknya yang berusia dua tahun tiba-tiba lenyap. Tas yang terbuat dari kulit itu berisi uang dalam Franc Swiss, euro dan dolar AS yang nilainya setara dengan Rp. 35 juta, beberapa surat penting, hp mahal, dan beberapa kartu kredit. Tariq sedikit shock menyadari raibnya tas tanpa terlihat tanda-tanda yang membekas dari sang pencopet. Tariq kelihatan down sekali, ujar Amar Faisal wakil penerbit Mizan yang mendapatkan tugas mendampingi Tariq. Bagaimana ini, saya bisa kecopetan di negeri muslim terbesar di dunia, ujar Amar menirukan Tariq. Tak urung, akibat kecopetan ini, Tariq membatalkan wawancara dengan majalah mingguan Gatra. Atas sponsor penerbit Mizan dan Kedutaan Besar Swiss, guru besar Islamic Studies dan dosen perbandingan filsafat Barat dan Islam di Universitas Fribourg, Swiss ini menurut rencana akan melakukan serangkaian diskusi di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Pria kelahiran Swiss berusia 40 tahun ini terkenal di Eropa karena pandangannya mengenai jalan ketiga. Tariq adalah cucu Hassan Al-Banna, pendiri dan pimpinan pertama gerakan dawah Al-Ikhwanul Muslimun di Mesir, dan menjadi inti perlawanan terhadap penjajahan Barat di Timur Tengah tahun 1940-an sampai 1960-an. Ayahnya, Sayyid Ramadhan hijrah ke Swiss awal tahun 60-an karena tekanan politik. (wpr)