Hidayatullah.com–Meski mulai bertumbuh, namun sejauh ini dakwah serta distribusi muatan Islam di internet dianggap masih belum maksimal.
Untuk itu, lembaga dakwah dan pondok pesantren didorong memanfaatkan Open Source atau layanan sumber-sumber terbuka di internet dalam rangka efektifitas interaksi dan membangun budaya literasi, khususnya dakwah Islam.
“Open Source sangat diakui. Ini bisa dipelajari dan dikembangkan, dan pesantren bisa mengeksplorasi lebih,” kata Ketua Forum Open Source Indonesia, Rusmanto, ditemui Hidayatullah.com di sela acara talkshow “Konsep Pendidikan Berbasis Kebutuhan Global Menuju Indonesia Memimpin” digelar Laznas BMH di Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (26/6/2014).
Rusmanto mengatakan, materi-materi dakwah dan keagamaan semua ada di internet. Karena sifatnya open source dan open content, maka materi-materi tersebut bisa diunduh dan dibuat sistemnya, kemudian didistribusikan ulang untuk kepentingan dakwah.
“Dalam dunia teknologi informasi mayoritas isinya adalah program-program Open Source, baik itu website, email, chatting. Di Indonesia, tingkat server yang digunakan pemerintahan dan perusahaan pun mayoritas pakai Open Source,” imbuhnya.
Di level gadget dan tablet sudah open source seperti Android. Yang masih kurang, menurut Rusmanto, adalah di sisi desktop. Tapi trennya sekarang mulai migrasi. Beberapa pemerintahan sudah mulai migrasi ke open source dan server juga sudah mayoritas demikian.
Rusmanto memandang, dakwah akan sangat besar dampaknya kalau mulai menggunakan IT dengan software yang open source dan yang isinya open content. Apalagi sudah didukung dengan jaringan internet yang sudah terbuka dengan standarisasi.
“Open content itu isinya seperti teks. Open source-nya itu adalah softwarenya. Dan, sebagian besar materi yang tersebar di internet adalah open content yang artinya itu bisa diunduh dan disalin, tinggal menyebutkan pranala luar sumber konten itu diambil sebagai referensi,” tukas dia.
Beberapa sisi positif layanan open source di antaranya adalah legal. Boleh digunakan, bisa dipelajari, dan boleh dikembangkan lebih lanjut. Biaya royaltinya juga murah, bahkan nol, serta bisa menjadi miliki Indonesia.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Indonesia terus bertambah pengguna open sourcenya karena kita bisa menguasai teknologinya, bahkan bisa memiliki. Artinya kita bisa membuat sendiri dengan mengamati, meniru, dan memodifikasi yang sudah ada,” tambah dia.
Dengan berbagai kemudahannya, lembaga dakwah dan pondok-pondok pesantren dipandang perlu untuk mulai merambah ke ranah sistem informasi yang terintegrasi dengan memanfaatkan layanan open source yang ada. Selain sangat menekan biaya, efektiftas dan sekuritasnya relatif diakui.
“Saya kira sistem open source saat ini sudah menjadi mainstream. Tinggal bagaimana kita memanfaatkannya,” pungkasnya.*