Hidayatullah.com — Momentum liburan sekolah yang bertepatan dengan datangnya bulan suci Ramadhan merupakan saat yang tepat memberikan “hadiah” tantangan berupa latihan menjalankan ibadah puasa secara berkualitas pada anak.
“(Tapi) tentu, sekali lagi, dengan tahapan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan usia anak,” kata Direktur Jaringan Anak Nusantara (JARANAN) Nanang Djamaludin dalam obrolan dengan hidayatullah.com, Sabtu (28/06/2014).
Menurut Nanang, “hadiah” berupa latihan berpuasa kepada anak melalui pentahapan yang tepat dan bimbingan orangtua perlu diberikan, meski anak belum memasuki usia akil baligh sebagai sarat bagi yang kaum muslim diwajibkan berpuasa.
Namun justru disinilah kata Nanang tahapan-tahapan pelatihan berpuasa pada anak itu menjadi penting mengiringi usia anak.
Tidak cuma melatih kemampuannya menghadapi lapar dan haus. Tapi juga latihan bagi anak menunaikan sikap-sikap terpuji yang dituntut dalam ibadah puasa. Seperti anak harus berlatih berkata jujur, berbicara yang baik-baik, mengendalikan amarah, beribadah, bershodaqoh, dan sebagainya.
Dijelaskan dia, berpuasa merupakan sebentuk sarana latihan dalam rangka menghadapi tantangan berupa hawa nafsu. Ketika tantangan berupa beragam hawa nafsu ini bisa dikendalikan atau dijinakkan dengan baik oleh anak, lalu pada proses berikutnya berlangsung internalisasi nilai-nilai terpuji yang didapat lewat latihan berpuasa anak.
Maka, lanjutnya, tantangan yang mampu dijalani anak dengan baik saat latihan menjalankan puasa itulah yang sesungguhnya termasuk sebagai salah satu “hadiah” terbaik dan terindah dari orangtua terhadap anak.
“Hadiah itu berupa pengalaman latihan spiritual yang penuh makna lewat berpuasa,” ujar Nanang.
Dengan kata lain, pada anak yang sebelumnya tak pernah diperkenalkan dengan latihan berpuasa, ataupun pada anak yang sudah pernah melakukannya namun dengan kualitas berpuasa yang “hambar”, maka memotivasi anak berlatih berpuasa secara jauh lebih berkualitas merupakan bentuk “pemberian hadiah” dari orangtua yang akan memperkaya aspek mental, moral dan spiritual anak lewat latihan menghadapi tantangan saat berpuasa.
Sesungguhnya latihan berpuasa itu sangat baik bagi anak. Diterangkan Nanang puasa merupakan latihan menghadapi tantangan beragam hawa nafsu yang bertujuan mengembangkan kualitas emosi, mental, moral dan spiritual anak.
“Sejauh ini tak ada laporan yang berarti terkait aktivitas puasa anak yang berujung pada gangguan serius yang berakibat fatal pada anak,” imbuhnya.
Dari aspek medis, pada anak antara saat berpuasa dan saat tidak berpuasa, sebenarnya tak ada perbedaan yang amat kontras yang bisa mempengaruhi metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein secara drastis pada tubuh anak. Meskipun, jelas dia, memang mungkin bisa saja pada anak yang berpuasa dapat mengalami dehidrasi ringan.
Kendati demikian Nanag mengingatkan bahwa saat berpuasa kemampuan motorik anak memang cenderung menurun. Sebab asupan makananannya tak lagi seperti pada jam-jam sehari-hari yang normal.
“Memang terdapat kasus-kasus dimana anak sering terjatuh atau terpeleset karena lemas. Konsentrasi anak pun bisa cenderung menurun akibat rasa kantuk dan badan lemas di siang hari,” pungkas dia.*