Hidayatullah.com- Direktur Eksekutif Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) Adnin Armas merasa prihatin terhadap kondisi umat Islam di Indonesia saat ini. Pasalnya, Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya mayoritas muslim, tetapi secara kualitas justru minoritas (sedikit, red).
“Ironis, umat Islam itu mayoritas secara angka tetapi minoritas secara kualitas,” kata Adnin saat memberikan tausyiah dalam acara tabligh akbar bertajuk “Untuk Indonesia yang Lebih Beradab” di Ruang Utama Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan, belum lama ini.
Adnin mengungkapkan terkait dengan kenyataan yang ada, jumlah umat Islam di Indonesia mencapai sekitar 80 persen. Namun, jumlah tersebut tidak diikuti dengan kualitas. Akibatnya umat Islam tertinggal di berbagai sektor kehidupan seperti ekonomi, politik, budaya dan lain sebagainya.
“Jika umat terbaik seperti yang ada dalam al-Quran, tetapi mengapa kita secara politik tertolak, secara ekonomi tertinggal jauh, dan secara budaya krisis identitas. Saat ini banyak anak-anak Muslim yang kebarat-baratan,” imbuh Adnin.
Lebih lanjut lagi, Adnin memaparkan jika umat Islam pernah mengalami masa kejayaan di zaman Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam dan para sahabatnya. Meskipun, lanjutnya, jumlah umat Islam saat itu tidak terlalu banyak.
“Tetapi, saat ini umat Islam justru menjadi minoritas meskipun jumlahnya mayoritas,” tegas Adnin.
Menurut Adnin zaman dahulu (zaman Rasulullah, red) umat Islam dapat meraih kejayaan hingga digelari sebagai umat yang terbaik karena umat Islam (para sahabat, red) saat itu mau mempersembahkan kehidupan (apa yang mereka miliki, red) untuk Islam.
“Berbanding terbalik dengan kondisi kita saat ini, banyak dari aktivitas kita yang tidak dipersembahkan untuk agama Allah ini (Islam, red),” ungkap Adnin.
Karena perilaku umat Islam yang demikian, baik dalam wilayah Nusantara maupun secara global. Maka, menurut Adnin, yang akhirnya menjadikan kemuliaan hidup jauh dari umat Islam itu sendiri.*