Hidayatullah.com– Sekretaris Front Pembela Islam (FPI) Jawa Timur, Khoiruddin menyampaikan bahwa menjelang Ramadhan 1436 Hijriyah, FPI Jawa Timur menerima keluhan masyarakat adanya café serta tempat karaoke yang disinyalir sebagai tempat prostitusi.
“Dari laporan masyarakat setempat (Mojokerto-Mojosari), ada 2 buah café yang menyiapkan sekitar 50 kamar dengan 100 Wanita Tuna Susila (WTS). Bahkan, café itu berada di sekitar TPA dan pesantren yang membuat masyarakat semakin resah, karena masyarakat di sana (notabene) religius,” ungkap Khoiruddin kepada hidayatullah.com, Senin (21/06/2015).
Khoiruddin menyatakan bahwa setelah ditelusuri lebih mendalam ternyata diketahui jumlah café tidak hanya dua saja melainkan ada sekitar 10 café. Namun, setelah keberadaan café itu diblow up oleh masyarakat dan gerakan bersama ormas Islam, akhirnya 6 café ditutup.
“Proses demi proses akhirnya tinggal 2 café yang masih buka sampai saat ini. Hanya saja selama Ramadhan ini, Alhamdulillah 2 café tersebut tutup,” kata Khoiruddin.
Saat itu, lanjut Khoiruddin, akhirnya dinas perizinan dan Polres telah membuat kesepakatan dengan ormas Islam (Formasi) dengan hasil akan mencabut ijin 2 café tersebut karena meresahkan masyarakat.
“Bahkan, saat itu (menjelang Ramadhan, red) sempat terjadi gesekan yang sebetulnya tidak patut terjadi,” imbuh Khoiruddin.
Selain itu, Khoiruddin menambahkan jika ada seorang pria yang merupakan pelopor dari pergerakan Formasi akan dipidanakan pihak yang diindikasikan telah berperan dan bertanggung jawab atas kepemilikan café tersebut.
“Alhamdulillah, setelah kita rapatkan dalam forum FPI Jawa Timur, kita putuskan untuk melakukan pendampingan hukum untuk pria tersebut,” ungkap Khoiruddin.
Di sisi lain, jika dilihat dari peran pemerintahan kabupaten Mojokerto, Khoiruddin, menyatakan jika ormas Islam dan masyarakat sekitar merasa kecewa dengan bupati Mojokerto karena dinilai tidak mau peduli dengan masalah ini.
“Justru yang sangat mengecewakan itu dari bupatinya. Jadi, bupatinya itu terlalu arogan sehingga kasus ini bisa terjadi. Bupati juga beberapa kali tak pernah menghadiri mediasi yang dilakukan oleh masyarakat, seolah-olah bupati tidak mau menampung aspirasi dan keinginan masyarakat yang resah ini,” pungkas Khoiruddin.
Forum Majapahit Beraksi (Formasi) Mojokerto-Mojosari adalah sebuah forum ormas Islam yang di dalam keanggotaannya ada perwakilan dari NU, Muhammadiyah, FPI, Al-Khoirot, majelis taklim, jama’ah pengajian dan lain sebagainya.*