Hidayatullah.com – Setelah menunggu hingga 12 tahun, dan tidak menemukan partner Production House (PH) yang sejalan dengan idealisme. Akhirnya film ‘Ketika Mas Gagah Pergi’ bisa digarap pembuatannya tahun ini dengan sistem patungan.
Demikian disampaikan Helvy Tiana Rosa, penulis cerita Ketika Mas Gagah Pergi, pada saat roadshow kampanye film KMGP di masjid Al-Falah Surabaya, Jum’at (14/08/2015).
Alasannya, menurut Helvy, sapaan akrab Helvy Tiana Rosa, mengungkapkan banyak PH yang tidak setuju dengan idealisme Helvy pertahankan pada film ini.
Diantara idealisme itu, Helvy ingin pemeran utama film ini adalah benar-benar remaja shalih di kehidupan aslinya. Juga ia tidak ingin ada adegan sentuhan non-mahram, dan mengangkat scene tentang Palestina.
“Semua PH tidak berani, padahal itu hanya soal kemanusiaan saja,” terang kaka dari novelis Asma Nadia ini soal keberatan PH terhadap scene Palestina.
“Ini akan jadi film remaja dan keluarga pertama di Indonesia yang mengangkat scene tentang Palestina,” tambahnya.
Syarat idealisme yang selanjutnya, masih menurut Helvy, ia ingin menyumbangkan 1 Milyar keuntungan film ini jika tembus 1 juta penonton nantinya.
“Kalau sampai tembus 1 juta penonton, insya Allah kita akan sumbangkan sebanyak 1 milyar untuk pendidikan di daerah Indonesia Timur dan pendidikan anak di Palestina,” ujar pendiri Forum Lingkar Pena ini.
Adapun Helvy merasa banyak hikmah dari lamanya film ini dapat digarap. Salah satunya bisa bertemu dengan pemeran mas Gagah yang tepat.
“Saya bersama Alm. Didi Petet bahkan sudah mengcasting ribuan orang, tetapi tidak ada satupun yang layak menjadi mas Gagah,” ungkap Helvy.
Akhirnya setelah sekian lama, peran mas Gagah diraih oleh Hamas Syahid Izzudin, pemuda asal Surabaya.
“Hamas itu bacaan al-Qur’an nya bagus, hafalannya juga banyak, dan ternyata Hamas itu lahir tepat pada saat saya menulis cerita ini, yakni 11 Maret 1992,” jelasnya.
Helvy berharap film yang didanai dengan cara #PatunganFilm ini bisa menjadi perantara pemersatu umat, karena banyaknya dukungan yang diberikan dari berbagai kelompok Islam dan elemen masyarakat pada umumnya.
“Insya Allah ini akan jadi film persatuan umat,” pungkas Helvy. */Yahya G. Nasrullah