Hidayatullah.com–Ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Islam Program Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, Dr Adian Husaini, mengatakan hendaknya seluruh elemen lembaga pendidikan memahami dengan baik makna dan tujuan pendidikan Islam.
Pernyataan itu, Adian sampaikan menanggapi berbagai tantangan dalam menerapkan tujuan pendidikan Islam yang benar di tengah masyarakat saat ini.
“Kini mulai timbul virus baru bernama formalisme dalam pendidikan,” ungkap Adian di kampus UIKA, beberapa waktu lalu.
Menurut Adian, formalisme karena urusan-urusan formalitas pendidikan itu sudah menjadi isme (arus pemikiran) baru dalam dunia pendidikan. Dampaknya, tak sedikit benturan yang terjadi antara tujuan pendidikan dan kepentingan formalitas pendidikan.
“Kini jebakan formalismeitu malah mengaburkan tujuan dan kurikulum pendidikan Islam itu sendiri,” sebut Adian.
“Formalisme memaksa pendidikan mementingkan formalitas materi sedang pendidikan mengedepankan kompetensi dan pembinaan akhlak,” imbuh peraih penghargaan buku terbaik non fiksi di Islamic Book Fair (IBF) 2006, lewat karyanya “Wajah Peradaban Barat”.
Formalitas dalam pendidikan bisa disebut sebagai raga manusia. Sedang tujuan dan kurikulum pendidikan adalah ruh yang menyertai jasad itu.
Olehnya, lanjut Adian, ruh tersebut tidak boleh hilang sebab ia berfungsi untuk menggerakkan lembaga pendidikan. Sebaliknya,ia akan keropos dan tak menghasilkan apa-apa jika hanya mementingkan fisik dan tampilan formalitas saja.
“Hati-hati dengan jebakan formalisme. Tak sedikit guru kini hanya sibuk dengan kualitas laporan bukan lagi kualitas mengajar.”
Adian mengingatkan pentingnya meluruskan niat kembali dalam proses belajar mengajar.Sekolah bukan sekedar menambah deretan pengalaman hidup.
Ia bukan pula hanya untuk mendapatkan ijazah lalu melamar pekerjaan. Tapi hendaknya mengutamakan kompetensi lulusan sekolah. Dengan pijakan demikian, kiranya ia bisa bermanfaat lebih banyak kepada orang lain.
“Sekolah itu bukan untuk menjawab soal-soal ujian,lebih dari itu harus bisa menjawab persoalan kehidupan,” tegas jebolan International Institute of Islamic Thought and Civilization International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM) tersebut.*/Masykur Abu Jaulah