Hidayatullah.com– Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional Prof. Dr. Bambang Sudibyo menyatakan potensi zakat negeri ini sudah beranjak naik, dari Rp. 217 triliun menjadi Rp. 274 triliun.
Dari fakta ini Sudibyo meyakini, zakat bisa menjadi pilar terbangunnya martabat umat.
“Kita perlu melakukan konsolidasi zakat dengan melahirkan sistem pengelolaan yang akuntabel, transparan, sehingga ke depan zakat bisa menjadi suplemen instrument fiskal (lembaga keuangan) yang menjawab permasalahan-permasalahan sosial ekonomi umat,” papar pria yang pernah menjabat Menteri Keuangan dan Gubernur BI ini dalam Rakernas XII Baitul Maal Hidayatullah (BMH) di Batam Kamis, (17/12/2015).
Menurut pria yang hobi menanam dan merawat bunga itu, sebuah riset menunjukkan bahwa penanggulangan kemiskinan antara zakat dengan APBN jauh lebih efektif dengan zakat.
“Menurut sebuah riset, disebutkan bahwa menanggulangi kemiskinan dengan APBN atau APBD itu diperlukan waktu selama 7 tahun. Sedangkan dengan zakat cukup 5 tahun. Artinya, zakat 2 tahun lebih cepat dalam penanggulangan kemiskinan,” jelasnya.
“Alhamdulillah di negara kita sudah ada terobosan dalam hal zakat, meskipun terobosan yang ada masih terobosan di atas kertas (yakni dengan adanya UU No. 23 Tahun 2011 dan PP No. 11 Tahun 2014 tentang zakat),” sambungnya.
Guru besar UGM itu pun berharap agar semua pihak, terutama Lembaga Amil Zakat untuk bisa bersabar, tidak terburu-buru menuntut terobosan di atas kertas itu langsung mewujud dalam realitas.
“Memang kita jangan buru-buru, karena yang terjadi bukan malah zakat itu sampai pada manfaat utamanya, tetapi akan cenderung mengundang masalah di lapangan. Tetapi di sini (para pengurus Laznas BMH, red) saya tidak menemukan suasana saling tidak percaya,” akunya.
Oleh karena itu, harapan dan optimisme pria kelahiran Temanggung itu pun kian menguat terkait manfaat zakat.
“Ke depan saya bermimpi, meski ini belum menjadi mimpi BAZNAS, baik BAZ dan LAZ mampu menjadi lembaga keuangan terpercaya yang bisa sama bahkan mengungguli sistem perbankan.
Bahkan kalau perlu, semua BAZ dan LAZ itu diawasi oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan),” ucapnya disambut tepuk tangan para hadirin.
Bambang Sudibyo pun mengatakan mengapa sejauh ini realisasi penghimpunan zakat masih jauh dari potensi yang ada, tidak lain dan tidak bukan karena masyarakat belum sepenuhnya percaya terhadap lembaga zakat.
“Tetapi, jika lembaga zakat sudah sama seperti perbankan, bahkan lebih baik, isnyaAllah saat itulah zakat di negeri ini akan sampai pada manfaat yang kita harapkan,” ungkapnya.
Apalagi jika BAZ dan LAZ bisa bersinergi pada program pendayagunaan dalam bidang dakwah dan pendidikan di daerah pedalaman dan perbatasan, bukan mustahil zakat dapat mengangkat martabat umat dan mendorong kemajuan indeks pembangunan sumber daya manusia di negeri ini.
Akhirnya, ia mendorong Laz seperti BMH untuk mengajukan proposal sinergi program pendayagunaan untuk peningkatan mutu sumber daya manusia termasuk layanan sosial dan ekonomi.
“Baznas sudah mengalokasikan dana zakat untuk membantu TNI dalam pengadaan ambulan. Jadi, kalau mau sinergi untuk dakwah dan pendidikan, silakan ajukan proposal nanti kita bisa sinergi,” pungkasnya.*