Hidayatullah.com– Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak menanggapi pernyataan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan yang mengatakan bahwa pihak keluarga Siyono tidak menghendaki autopsi terhadap jenazah Siyono sebab keluarganya mita untuk segera dikuburkan.
Dengan segala hormat dan kecintaan kami kepada kepolisian, kata Dahnil, bahwa deretan kebohongan memang selalu akan melahirkan kebohongan berikutnya.
“Sekarang Kadiv Humas mengatakan keluarga tidak mau diautopsi dan minta segera dikuburkan. Padahal, sebelumnya mengatakan bahwa jenazah Siyono sudah dilakukan autopsi dan menemukan penyebab kematiannya karena benturan keras di kepala. Nah, sekarang justru mengatakan autopsi tidak dilakukan karena keluarga menolak dilakukannya autopsi. Dan berkaitan dengan itu bapak dan istrinya sudah menandatangani,” katanya seperti yang ditulis dalam akun Facebooknya, Selasa (05/04/2016).
Keluarga Siyono Mau Ada Autopsi Setelah Muncul Banyak Kecurigaan
Dahnil menegaskan, berdasarkan keterangan keluarga untuk membuka kafan jenazah Siyono saja keluarga dapat halangan dari pihak kepolisian. Dan kepolisian meminta jenazah Siyono untuk segera dikebumikan tengah malam setiba di rumah. Bahkan dengan usaha seseorang yang meminta tandatangan kepada keluarga agar keluarga Siyono bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa kelurga telah mengikhlaskan kematian Siyono.
“Orangtua Siyono, Pak Marso Diyono menandatangani surat tersebut, tetapi Suratmi Istri almarhum Siyono menolak menandatanganinya,” kata Dahnil.
Selain itu, Dahnil menambahkan, kedustaan lainnya terkait dengan penolakan autopsy yang dilakukan oleh Kepala Desa Pogung.
“Mungkin betul dengan sadar Pak Kepala Desa menolak autopsi, tapi kami tidak tahu alasannya. Semoga bukan karena faktor takut. Tetapi, warga yang kami temui dan sampai dengan proses autopsi yang dilakukan oleh Tim Forensik Muhammadiyah, justru mendukung proses autopsi dan membantu persiapannya meskipun sampai detik terakhir autopsi dilakukan masih ada usaha dari Polres untuk mencegah autopsi dengan alasan harus ada izin dari Densus 88,” jelas Dahnil.
Muhammadiyah: Ternyata, Warga Tidak Pernah Menolak Autopsi Jenazah Siyono
Berkaitan dengan isu ada luka tembak, Dahnil mengatakan menurut keterangan Dokter Forensik Muhammadiyah memang tidak Ada. Dan, sepengetahuan tim Advokasi dari PP Muhammadiyah memang tidak pernah menyatakan kepada publik bahwa ada luka tembak sebelum proses autopsi dilakukan. “Jadi, justru kalimat luka tembak itu muncul dari polisi sendiri,” ujarnya.
“Jangan sampai publik diprovokasi oleh kelompok teroris. Kami nyatakan, publik saat ini mulai rasional, tahu betul siapa yang sedang memprovokasi dan siapa yang sedang bekerja untuk kemanusian,” pungkas Dahnil menutup tulisannya.*