Hidayatullah.com- Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menuturkan bahwa sebelum dilakukan autopsi jenazah Siyono, pihaknya menyerahkan beberapa surat pemberitahuan kepada pihak kepolisian dan aparatur desa pada Sabtu (02/04/2016) malam.
“Termasuk juga berdialog lagi dengan warga setempat. Sebab, sebelumnya kepala desa sempat menyatakan warga menolak proses autopsi. Jika, tetap dilakukan autopsi maka warga minta supaya Suratmi dan keluarga harus keluar dari desa Pogung. Selain itu, jenazah almarhum Siyono juga tidak boleh dikuburkan di desa tersebut,” jelas Dahnil saat dihubungi hidayatullah.com, pada Ahad (03/04/2016) malam.
Danhil menambahkan, pada Rabu (30/03/2016) sebelumnya, ia bersama kawan-kawan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) dan juga sempat bertemu dengan kepala desa ataupun warga setempat untuk melakukan dialog.
“Nah, pada Sabtu malamnya, ternyata warga menyampaikan kalau sebelumnya mereka tidak pernah menyatakan penolakan terhadap autopsi. Tetapi, justru mendukung upaya Suratmi untuk mencari keadilan. Sebab, kematian suaminya (Siyono) yang dianggap janggal dan tak wajar,” ungkap Dahnil.
Dari situ, lanjut Dahnil, akhirnya pada Ahad (03/04/2016) pagi, PP Muhammadiyah melakukan autopsi dengan menghadirkan 9 dokter forensik dari Muhammadiyah yang semuanya merupakan kader. Dan untuk pengamanan dilakukan oleh KOKAM dengan mengerahkan anggota sekitar 400 orang untuk berjaga di dalam desa Pogung.
“Awalnya, dikerahkan sekitar 1.200 orang, yang kemudian sebagian besar ditempatkan untuk berjaga di luar desa Pogung (800 orang),” ujar Danhil.
Dahnil pun bersyukur sebab, justru warga mendukug penuh serta turut membantu kelancaran selama proses autopsi berlangsung. Bahkan, warga setempat banyak yang berbagi (memberi) makan kepada kawan-kawan KOKAM, memberi tumpangan kamar mandi dan lain sebagainya. Jadi, apa yang diklaim kepala desa terkait penolakan warga terhadap proses autopsi itu adalah klaim dia sendiri.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Kita nggak tahu mungkin (kepala desa) sedang mendapat tekanan atau gimana. Tapi, kita maafkan saja mungkin kepala desa lagi dapat ‘kesulitan’ yang kita juga nggak tahu,” tandasnya.
Sementara itu, sampai proses autopsi berjalan lancar, pengurus desa tak menampakkan batang hidungnya.*