Hidayatullah.com– Belajar di pondok pesantren (ponpes) sepatutnya melahirkan rasa percaya diri bagi para santri. Bukan sebaliknya, merasa minder. Pesan ini biasa disampaikan para pengasuh berbagai ponpes.
Hal tersebut kembali disegarkan oleh sejumlah donatur dan jamaah Ponpes Hidayatullah di Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel), belum lama ini.
Di antara donatur tersebut adalah H Fajar Krestyo, Staf Biro Operasi Polda Sumsel, yang menginisiasi pembangunan Asrama Ammar bin Yasir di pesantren itu.
“Kita pengen juga anak-anak ini jangan sampai underestimate (meremehkan), selalu rendah diri,” ujarnya dalam sambutannya pada acara peresmian asrama santri tersebut. [Baca: Jajaran Staf Polda Sumsel-BMH Bangun Asrama Santri Hidayatullah]
Ia berpesan, agar memiliki kebanggaan atas pendidikan yang dijalaninya, para santri mesti mengkaji berbagai ilmu di pesantren.
“Belajar lebih baik lagi. Jadi kito pengennya seperti itu. Maka jangan lagi rendah diri,” ujar donatur Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Palembang yang sudah 12 tahun jadi PNS di Polda Sumsel ini.
Donatur lainnya, H Mahyudin, mengingatkan para santri untuk senantiasa menjaga tujuan mereka hadir di pesantren tersebut, yaitu beribadah dan belajar sebaik mungkin.
“Mari sikapi waktu yang singkat dengan memaksimalisasi yang namanya tugas pokok seorang manusia (menyembah Allah),” ujarnya.
Agar Setegar Sahabat Ammar
Sementara itu, H Suhatman, donatur lainnya, mengatakan, selayaknya dalam pesantren diajarkan terlebih dari dahulu soal aqidah baru yang lain. Itulah yang ia dapati di pesantren ini.
Jangan sampai, kata dia, kaidah pendidikannya terbalik. “Ajarin puasa tapi lupa ajarin keesaan Allah kepada anak-anak. Sehingga walaupun dia shalat dengan baik segala macam, tapi ketika ada pengaruh yang bertentangan dengan al-Qur’an, dia ikut,” ungkapnya mencontohkan.
Kepala Perwakilan BMH Palembang, Firjun Zailany, menjelaskan, nama asrama itu terinspirasi dari Sahabat Nabi, Ammar bin Yasir.
“Ammar bin Yasir adalah pejuang Islam. Tokoh Islam di generasi pertama pada saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menebarkan dakwah Islam,” jelasnya.
Teladan Ammar, dengan segala ketegarannya saat disiksa kaum kafir Quraisy, lanjutnya, diharapkan menjadi contoh bagi para santri agar tegar dalam menuntut ilmu.
Pimpinan Ponpes tersebut, Ahmad MS, mengatakan, para tokoh Islam bukan terlahir dari masa-masa yang menyenangkan. Justru, ujarnya, “Para pemimpin banyak yang lahir dengan proses yang kayak begini, memprihatinkan.”
Ia berpesan agar para santri maupun jamaah ponpes untuk selalu optimis dan bergairah dalam menjalani aktivitas di tempat itu. Tentu dengan menyandarkan segala permasalahan kepada Allah.
“Suatu saat ini di pondok ini kita akan bangun (lembaga pendidikan) sampai perguruan tinggi. Insya Allah!” ujarnya.
Asrama Ammar bin Yasir dibangun selama tiga bulan atas inisiasi Fajar dan donatur lainnya. Pembangunan asrama di tengah hutan dan kebun karet itu dicanangkan karena asrama lama dianggap layak untuk diganti.*