Hidayatullah.com–Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan tidak akan menutup sembilan sekolah yang dituduh terkait dengan fethullahçı terör örgütü atau Fethullah Terrorist Organisation (Feto) oleh Kedutaan Besar Turki di Indonesia. Sekolah-sekolah tersebut dianggap bersih dari unsur Feto.
“Kesimpulannya kami tak akan menutup kesembilan sekolah itu. Alasannya, karena sekolah-sekolah itu sudah tak ada hubungannya dengan lembaga Turki yang dipersoalkan oleh pemerintahan Turki itu,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhajir Efendi kepada Tempo Jumat (29/07/2016).
Sebelum ini, Kedutaan Besar Turki memberikan peringatan terkait aktivitas ‘paralel state’. Erdogan menggambarkan gerakan FETO /paralel state, yang melakukan pemboman terhadap istana kepresidenan dan parlemen sebagai suatu pengkhianatan terhadap Negara.
Sebagai langkah pencegahan, Kedutaan Besar Turki meminta bebera Negara, termasuk Indonesia menutup sekolah yang memiliki jaringan sekolah yang berafiliasi pada FETO. Namun upaya tersebut ditolak Jerman diikuti İndonesia.
“Terdapat sejumlah sekolah di Indonesia, yang mempunyai hubungan dengan organisasi teroris ini. Berdasarkan pejabat Indonesia, organisasi yang memayungi sekolah-sekolah itu, PASİAD telah ditutup pada 1 November 2015. Sebagai kedutaan, kami telah lama mengungkapkan perhatian kami tentang aktivitas organisasi teroris FETÖ di Indonesia pada pejabat tinggi Indonesia,” demikian salah satu bunyi rilis dalam website resmi mereka, Kamis, 28 Juli 2016, di www.jakarta.emb.mfa.gov.tr..
Beberapa nama yang disebut adalah; 1) Pribadi Bilingual Boarding School, Depok, (2) Pribadi Bilingual Boarding School, Bandung, (3) Kharisma Bangsa Bilingual Boarding School, Tangerang Selatan, (4) Semesta Bilingual Boarding School, Semarang (5) Kesatuan Bangsa Bilingual Boarding School, Yogyakarta (6) Sragen Bilingual Boarding School, Sragen (7) Fatih Boy’s School, Aceh (8) Fatih Girl’s School, Aceh (9) dan Banua Bilingual Boarding School, Kalimantan Selatan.
Selain memuat nama sekolah, pemerintah Turki juga meminta Indonesia menutup kegiatan Gulen Chair yang berada di dalam kompleks Universitas Islam Negeri (UIN) di Ciputat.
Namun menurut Muhajir, sejak tahun 2015 Kemenlu lewat Direktorat Jenderal Multilateral negara berkembang sudah membatalkan izin keberadaan lembaga Turki di Indonesia. Saat ini, kata dia, sudah tak ada lagi keberadaan organisasi itu.
Muhajir tak memungkiri ada hubungan antara organisasi tersebut dengan sembilan sekolah di Indonesia. Namun ia meyakinkan bahwa hubungan tersebut hanya dalam bentuk bantuan manajemen.
Hari Jumat (29/07/2016), sebagaimana dikutip media lokal berbahasa, TRT Haber, Erdogan mengatakan akan mengurangi hubungan kepada Negara yang dianggap tak mendukungnya.
“Kepada negara-negara yang tidak mendukung kami dalam memerangi teror dan kudeta, maka hubungan kami hanyalah seperti perdagangan saja, tidak ada tempat hubungan yang khas di hati kami, “ ujar Erdogan.*/Abu Malika