Hidayatullah.com—Seorang ulama Madura, KH. Ahmad Fauzi Tijani mengajak umat Islam waspada akan adanya gerakan teror di media maya dengan menuding dan memberi stigma kelompok-kelompok lembaga kemanusiaan pemberi bantuan pada umat Islam yang tertindas.
Ia mengamati sebuah pola yang digunakan di jejaring sosial dan media maya. Menurut pengamatannya, belakangan ini sejumah pemberitaan blog dan media-media kelompok aktivis pro Syiah terhadap sejumlah lembaga kemanusiaan yang selama ini dianggap intens memberi bantuan. Salah satunya Indonesian Humanitarian Relief (IHR) dengan tuduhan ‘memberikan bantuan kepada teroris’.
“Dengan adanya Kelompok Syiah di Indonesia yang mulai menyebar fitnah setelah jatuhnya Aleppo ke tangan Rezim Tirani Bassar Assad, mereka memfitnah bahwa bantuan kemanusiaan yang diberikan lembaga-lembaga kemanusiaan Indonesia diberikan kepada teroris,” ujar pengasuh Pondok Pesantren Al Amien, Prenduan, Madura ini seperti dilansir Islamic News Agency (INA), Selasa (27/12/2016).
Lebih lanjut anggota Badan Silaturrahim Ulama Madura (BASRA) ini menyoroti subjektifitas kalangan Syiah dalam mendefinisikan istilah teroris. Menurutnya, Syiah selama ini selalu menyematkan gelar “teroris” bagi kelompok yang kontra dengan Rezim Syiah Nushairiyyah di Suriah atau kontra kepada Rezim Bashar al Assad.
“Maka menurut saya justru sikap memfitnah dari kelompok Syiah itu yang dikategorikan sebagai sikap teror terhadap kemanusiaan dan tidak berkemanusiaan. Bahkan dalam perang sekalipun ada hukum positif internasional dan hukum Islam yang melindungi golongan yang lemah dan memiliki hak mendapatkan bantuan kemanusiaan,” terang kiai yang juga Ketua Akselerasi Pegiat Ekonomi Syariah ini.
IHR Akui Difitnah Sejumlah Media Pro Rezim Bashar di Indonesia terkait Bantuan ke Suriah
Seperti diketahui, pasca jatuhnya Kota Aleppo yang hancur oleh serangan Rezim Bashar dengan dukungan Rusia, Iran dan milisi Syia, sejumlah media dan akun pro Syiah menuduh sejumlah badan kemanudiaan, salah satunya IHR telah memberikan bantuan kemanusiaan kepada “teroris”, bukan pada rakyat.
Tak urung, fitnah ini membuat sebagaian ulama bicara. Salah satunya Ketua MUI Bandung, Prof Dr KH Miftah Faridh.
“Penyebarluasan informasi di dunia maya yang hanya berdasar sepenggal informasi, dengan tidak melakukan proses konfirmasi dan verifikasi adalah bagian dari teror terhadap kemanusiaan. Upaya teror ini, dilakukan dengan mendiskreditkan, bahkan cenderung menargetkan pembunuhan karakter lembaga kemanusiaan yang selama ini bersama-sama ormas Islam, ulama, dan aktivis kemanusiaan menggalang semangat berbagi,” ujarnya.
Miftah Faridl yang juga kKetua Dewan Pembina lembaga kemanusiaan Sinergi Foundation (SF) bersama Indonesia Humanitarian Relief (IHR) bersama menyalurkan bantuan kemanusian terhadap anak-anak yatim korban perang.
Fitnah terhadap sejumlah lembaga kemanusiaa ini juga dibantah akil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Dr Najamuddin Ramly.
“Ah enggak ada itu. Bohong itu untuk teroris, teroris apa?” kata Najamuddin Ramly di Jakarta, Selasa (27/12/2016), seperti dilansir CNN Indonesia.
KH Miftah Faridl: Fitnah Bantuan tak Sampai ke Rakyat Suriah adalah Teror Kemanusiaan
Sebaliknya, bantuan relawan kemanusia Indonesia, termasuk IHR justru untuk kaum Muslim di Suriah yang teraniaya dan terzalimi oleh Bashar.
“Anda lihat sendiri bagaimana pengepungan di Allepo? bagaimana Rusia dan pasukan Iran menghancurkan anak-anak di Aleppo, laki-laki dan perempuan,” katanya.*