Hidayatullah.com—Seorang dai asal Arab Saudi mengatakan, Indonesia dan Arab Saudi memiliki dua kekuatan luar biasa yang jika bergabung bisa menguatkan Ahlus Sunnah (Ahlussunnah wal Jamaah).
Pesan ini disampaikan Dr Rasyid Az-Zahrani, Deputi Bidang Media, Kementerian Agama Arab Saudi kepada para aktivis dakwah di Indonesia saat mendampingi rombongan Raja Salman.
Menurutnya, kekuatan dua Negara ini jika digabungkan, akan berdampak luar biasa. Di satu sisi, Arab Saudi memiliki kekuatan ilmu, karena memiliki Kota Suci Makkah dan Madinah. Sedangkan Indonesia memiliki kekuatan masyarakat yang luar biasa.
“Jika kekuatan ini bisa berpadu, kita bisa menyatukan Ahlussunah wal Jama’ah,” pungkasnya.
Dr Rasyid Az-Zahrani adalah da’i yang sering mengisi acara di televisi Arab Saudi.
Menurut, Rasyid Az-Zahrani, ilmu dan etika (adab) adalah dua sisi yang tidak bisa dipisahkan dalam dakwah. Ia mencontohkan sikap Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam dan Ibnu Taimiyyah menyikapi perbedaan pendapat. Beliau menyampaikan ilmu dan menggabungkan dua kekuatan ini.
“Begitu juga dengan Ibnu Taimiyyah. Beliau memiliki sifat seperti itu dengan meniru Rasulullah. Dia memiliki ilmu tapi juga memiliki etika yang amat luar biasa termasuk kepada terhadap orang yang bersebrangan dengan beliau,” ujarnya kepada wartawan usai di Kuningan, Jakarta, Kamis malam (02/03/2017).
Para imam empat mazhab, menujutnya juga memiliki perbedaan.Ia mencontohkan perbedaan antara Imam Syafii dengan Imam Ahmad dalam berbagai masalah. Namun, antar satu dengan lain tetap saling menghargai.
“Imam Ahmad shalat di belakang Imam Syafi’i. Bahkan saling mendoakan antara satu dan sama lainnya,” jelasnya.
Jadi perbedaan, kata Dr. Rasyid, kalau dikelola ulama dan orang berilmu, maka tidak akan ada masalah, bahkan membawa rahmat.
“Tapi jika perbedaan itu dikendalilkan oleh orang-orang bodoh yang tidak punya ilmu, itu akan membawa petaka,” imbuhnya.
Ia juga mencontohkan di Arab Saudi, dimana banyak orang Indonesia shalat di belakang Imam Masjidil Haram. Begitu pula saat kembali ke Indonesia, mereka shalat di belakang Imam Indonesia. Hanya saja, persoalan ini akan menjadi runcing jika tidak menggunakan ilmu.
“Persoalan ini tidak akan meruncing jika semuanya menggunakan ilmu,” tukasnya.*/Piza