Hidayatullah.com– Kasus kematian Siyono yang tewas di tangan Detasemen Khusus Antiteror (Densus) 88, setahun lalu, masih membekas bagi sejumlah kalangan terkhusus ormas Muhammadiyah.
Lebih khusus lagi adalah Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Ketua Umum organisasi ini, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengungkapkan, kasus kematian Siyono menjadi episode berkesan yang dilewatinya.
“Hari ini tepat satu tahun Siyono tewas di tangan Densus 88. Bagi saya pribadi dan Pemuda Muhammadiyah periode 2014-2018, kasus Siyono adalah bagian terberat dan heroik dari dakwah Muhammadiyah,” ujarnya di Jepang kepada hidayatullah.com melalui keterangan tertulisnya, Kamis (09/03/2017).
Kasus kematian Siyono, imbuhnya, sekaligus menjadi batu loncatan bagi kebangkitan Kokam Pemuda Muhammadiyah dalam memaknai Ruhul Ikhlas dan Ruhul Jihad.
Ia mengatakan, banyak nama yang terlibat dan memberikan inspirasi luar biasa terkait kasus Siyono yang tak kunjung tuntas ini. “Tapi,” kata dia, “perkenan saya menyebut 2 nama, tanpa maksud mengecilkan nama lain. Suratmi dan Busyro Muqoddas.”
Sosok Busyro
Setahun kasus Siyono mengarahkan perhatian Dahnil secara khusus kepada sosok Busyro Muqoddas (BM), Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Di tangan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini, upaya mencari keadilan bagi Suratmi (istri Siyono) dan 4 putra-putrinya dipercayakan.
Di tangan Busyro, kata Dahnil, upaya tersebut berubah menjadi gerakan besar dan membangun kesadaran kolektif, tentang pentingnya penegakan hukum dan melawan stigma negatif terhadap Islam.
Pasca Advokasi Kasus Siyono, Dai Muhammadiyah Didatangi Aparat
“Busyro Muqoddas. Pria yang sejak lama saya kagumi, dan semakin saya kagumi ketika saya banyak mendampingi beliau dalam banyak kesempatan,” ujarnya.
Dahnil mengatakan, mantan Ketua Komisi Yudisial (KY) itu integritasnya melangit, wataknya profetik, kesederhanaannya membumi, dan keberaniannya membaja. Di tengah itu semua, pria ini humoris level bintang 5.
“Beliau yang menginspirasi dan memimpin upaya mencari keadilan terhadap Suratmi. Kami hanya melaksanakan semua instruksi beliau. Tekanan dan teror tidak menyurutkan Pak BM. Mau ngancam BM? Hehehe, hidupnya sudah bersahabat dengan ‘teror’ sejak muda. Dan saya banyak belajar dari beliau,” ungkap Dahnil.
Tolak Terima ‘Uang Damai’, Istri Siyono Dinilai Beri Pelajaran Moral Bangsa
Integritas Suratmi
Sementara sosok Suratmi, tutur Dahnil, memberikan pembelajaran yang luar biasa tentang makna integritas dan kehormatan.
Di tengah banyak orang Indonesia yang tunduk dengan uang dan ancaman, perempuan kuat ini, ungkapnya, berdiri tegak penuh kehormatan menuntut keadilan.
“Menolak suap Rp 100 juta, dan menolak kalah dengan ancaman kepala desa dan ancaman lainnya dari berbagai pihak,” tuturnya.* Bersambung