Hidayatullah.com– Membincangkan sistem demokrasi dan politik saat ini, kata Direktur Centre of Study for Indonesian Leadership (CSIL), Dr Aji Dedi Mulawarman, tidak bisa hanya misalnya dengan melakukan agenda taktis dan teknis.
“CSIL merasa perlu mendorong rancangan masa depan ‘kepemimpinan nubuwwah’ yang tersusun rapi sebagaimana diingatkan Allah dalam (al-Qur’an) Surat Ash-Shaff dan Az-Zummar,” ujar Dedi dalam sambutannya pada acara silaturahim Idul Fitri 1438 H keluarga Besar CSIL di Gedung Wanita Sejahtera Lantai 3, Jl Dewi Sartika 188, Jakarta Timur, 11 Syawal, Rabu (05/07/2017).
Baca: CSIL: Agar Keluar dari Turbulensi Politik, Indonesia Perlu Kepemimpinan yang Cerdas-Religius
Untuk itu, kata dia, gagasan CSIL tentang desain “kepemimpinan Nubuwwah” harus dibincangkan serius pada tahun 2017 ini. Untuk menjadi mainstream baru ala Indonesia, yang diharapkan menjadi rujukan kepemimpinan umat.
“Di dalamnya terdapat pula gagasan dan perkaderan kepemimpinan umat secara nasional sekaligus bersifat lokal,” ujarnya sebagaimana siaran pers diterima hidayatullah.com kemarin, Kamis (06/07/2017).
Susunannya, jelas Dedi, dapat berupa tiga desain. Pertama, gagasan utama berorientasi normatif al-Qur’an dan as-Sunnah, yang diadaptasikan pada koridor kembalinya UUD 1945 yang berasas Pancasila.
Baca: Kaderisasi di Indonesia Dinilai Lemah, CSIL Siapkan “Taman Kepemimpinan”
Kedua, arah ketatanegaraan keindonesiaan (bagaimana membumikan perpolitikan nasional berbasis syura, sistem kepartaian, dan kepemimpinan nasional).
Ketiga, arah strategis 2017-2040. “Dari yang adaptif demokrasi kontekstual menuju intervensi ‘kepemimpinan nubuwwah’ hingga kembalinya Pancasila sebagai dasar UUD 1945 yang aplikatif dalam kepemimpinan nasional hingga daerah,” jelasnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dedi menjelaskan, gagasan “kepemimpinan Nubuwwah” mencontoh dari kepemimpinan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Baca: Kisah Rasulullah di Hari Fitri dan Tanggung Jawab Kepemimpinan
“Manajemen Rasulullah adalah mekanisme mutakhir yang ditawarkan dari hasil evaluasi kesejarahan yang telah dilakukan di zaman kerasulan dan kenabian sebelumnya,” jelas Dedi, “dimana Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa masih belum menyelesaikan secara tuntas mekanisme pembangunan peradabannya berbasis ‘per-sahabat-an’.”*