Hidayatullah.com– Kasus gizi buruk berujung kematian tak hanya terjadi di Kabupaten Asmat, Papua. Kasus serupa juga terjadi di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara baru-baru ini.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI asal dapil Sumut II, Saleh Partaonan Daulay, mengungkapkan, semua pihak patut menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya Fitri Fadilah (atau Fadillah), balita berusia dua tahun, penderita gizi buruk.
Bayi yang berasal dari Kota Tanjungbalai itu meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan di RSUD Dr Tengku Mansyur, Tanjungbalai. Balita tersebut disinyalir telah mengalami gizi buruk sejak dua bulan terakhir.
“Dari laporan masyarakat, Fitri Fadilah meninggal karena terlambat dibawa ke RS. Orangtuanya tidak membawanya ke RS karena persoalan ekonomi. Balita tersebut baru dapat dibawa ke RS setelah mendapat bantuan dan perhatian warga masyarakat,” ungkap Saleh dalam pernyataannya diterima hidayatullah.com, Rabu (21/02/2018).
“Wajar saja orangtuanya tidak mampu membawa ke RS. Penghasilan mereka sebagai nelayan tentu sangat tidak memadai untuk biaya pengobatan.
Apalagi, pemerintah mungkin tidak mendaftarkan mereka sebagai KPM (keluarga penerima manfaat) yang berhak menerima bantuan sosial,” tambahnya.
Baca: KLB Gizi Buruk dan Campak di Asmat Harus yang Terakhir
Yang jelas, tegasnya, kondisi gizi buruk ternyata tidak hanya terjadi di Asmat. Tetapi, juga terjadi di Tanjungbalai.
Artinya, menurut Saleh, gizi buruk buruk tidak serta merta hanya terkait letak geografis, tetapi juga terkait pada grand design pemerintah dalam menangani masalah ini.
“Kalau soal program, sudah banyak. Lihatlah, program rastra (beras sejahtera), PKH, KIP, KIS, dan lain-lain, banyak. Tetapi belum menyelesaikan masalah. Presiden harus melihat dimana letak masalah sesungguhnya,” ungkapnya.
Ia mengatakan, dalam menanggulangi masalah gizi buruk seperti ini, Kementerian Kesehatan saja memiliki program pembagian biskuit ke berbagai pelosok daerah. Banyak anggaran dialokasikan setiap tahun. Sayang sekali, gizi buruk tetap masih ada.
“Bisa jadi, pembagian biskuit ini tidak efektif. Ini perlu juga dievaluasi secara baik,” pungkasnya.
Baca: Gizi Buruk Asmat, KPAI: Saatnya Kemenkes Evaluasi Kubro
Diketahui, bayi Fitri meninggal pada usia 2 tahun 3 bulan di RSUD Dr Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai, Senin (19/02/2018) pagi pukul 06.00 WIB.
Pemerintah Kota Tanjungbalai menyampaikan turut berbelasungkawa kepada keluarga Fitri Fadilah.
Menurut Pemkot Tanjungbalai, Wali Kota melalui Dinas Kesehatan, Camat, Lurah, serta Kepala Lingkungan hadir langsung ke rumah duka guna memberikan Doa dan kepedulian kepada orangtua Fitri, Senin (19/02/2018).
Fitri merupakan putri pasangan Idris dan Leni, anak ke-3 dari 4 bersaudara yang tinggal dilingkungan II Kelurahan Kapias Pulau Buaya, Kecamatan Teluk Nibung. Berdasarkan informasi yang diterima Pemkot dari pihak Rumah Sakit, Fitri dibawa orangtuanya pada Senin dini hari pukul 00.30 WIB dalam keadaan demam tinggi dan dehidrasi, hal ini sesuai diagnosa pihak Rumah Sakit.
Menurut Pemkot, pihak rumah sakit saat itu langsung memberikan perhatian dan pertolongan bagi Fitri, sebelumnya juga Dinas Kesehatan melalui Kepala Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori telah memberikan bantuan kesehatan baik makanan, obat-obatan, serta perawatan, ujar Kadis Kesehatan Burhanuddin Harahap lansiran resmi Pemkot Tanjungbalai.
Saat mengunjungi rumah duka, Dinas Kesehatan dan jajarannya melalui Kadis Kesehatan Burhanuddin, Camat Teluk Nibung Amiruddinsyah, jajaran Puskesmas Rawat inap Sipori-pori,serta Lurah dan Kepala lingkungan memberikan bantuan yang diterima langsung orangtua Fitri.
Wali KotaTanjungbalai M Syahrial juga menyampaikan turut berbelasungkawa atas kepergian Fitri.*