Hidayatullah.com– Di era digital saat ini, memanfaatkan teknologi juga perlu adab, termasuk dalam bermedia sosial. Dengan begitu, diharapkan terlahir, seperti yang diistilahkan Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir, “keadaban digital”.
Teknologi yang ada pun dimanfaatkan berdasarkan kebutuhan, jangan sampai melampaui batas.
“Kita gunakan semua teknologi yang kita miliki seperlunya saja, sesuai dengan kebutuhan kita saja jangan berlebih-an,” ujar Haedar dalam acara Pengkajian Ramadhan 2018 di Kampus FKIP UHAMKA, Jl Merdeka Pasar Rebo, Jakarta Timur, Ahad (27/05/2018) sebagaimana siaran persnya diterima hidayatullah.com, Senin (28/05/2018).
Terkait itu, ia mengatakan, dalam berbagai hal, baik sosial maupun politik, di sana ada perbedaan dan ada cara yang berbeda, tetapi keadaban harus tetap dijaga.
“Termasuk kita juga dalam menjaga agama yang kita yakini, harus dengan cara-cara yang beradab. Manusia wajar marah, tetapi marahnya kita jangan berlebihan, jangan sampai melakukan sesuatu yang tidak wajar,” ungkapnya.
Untuk melakukan kebaikan yang beradab itu, maka kualitas manusianya harus ditingkatkan. Agar generasi milenial ini melanjutkan tradisi orangtua yang beradab.
Maka, dalam dunia pendidikan pun, pendidik harus lebih baik dan memberikan keteladanan.
“Oleh karena itu media sosial harus menjadi perhatian kita, baik itu FB, Twitter, dan lain-lain,” imbuhnya.
“Kita jua harus melakukan pembudayaan…. Kita harus melakukan pembiasaan yang baik ini agar lahirnya keadaban digital,” tambahnya.
Baca: Pengkajian Ramadhan, Muhammadiyah Paparkan Tantangan di Zaman Milenial
Sebelumnya ia menyampaikan, saat ini ada tantangan sosial yang sangat kompleks, dimana masyarakat hidup sangat sarat dengan teknologi. Masyarakat banyak diatur oleh sebuah teknologi digital yang bukan hanya mengubah cara berpikir, tetapi juga mengubah perilaku. Kondisi seperti ini riil ada dan tidak bisa dihindari.
Atas dasar itulah, maka Pengkajian Ramadhan Muhammadiyah tahun 2018 ini mengambil tema “Keadaban Digital: Dakwah Pencerahan di Zaman Milenial”. Tema ini diangkat bukan hanya untuk gaya-gayaan, ini adalah masalah bersama yang harus ditangani bersama.
“Generasi milenial itu sebenarnya banyak. Zaman ini kita hidup di tengah perkembangan teknologi digital. Masyarakatnya sangat menguasai teknologi digital. Maka cara berpikirnya masyarakat milenial itu berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka tidak lagi menggunakan hal-hal yang manual,” ungkapnya.*