Hidayatullah.com– Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof Din Syamsuddin, mempunyai pandangan yang berbeda soal politik identitas.
Identitas dalam politik, menurutnya, tidak bisa dieenyahkan. Sebab itu melekat dalam diri manusia.
“Tapi pesan saya, agar identitas itu ditampilkan dalam kerangka nilai-nilai etika dan moral. Bukan identitas yang bersifat label formalistik belaka,” ujarnya kepada awak media termasuk hidayatullah.com, Senin (06/08/2018) di kantor MUI Pusat, Jakarta.
Yang paling penting dari identitas politik itu, kata Din, adalah ruh dan semangatnya.
Terkait politik identitas keislaman, Din menyebutkan ada dua kalangan.
Kalangan yang pertama adalah kalangan yang berpolitik dengan menonjolkan lambang-lambang Islam. Sementara kalangan yang kedua adalah kalangan yang berpolitik dengan mengedepankan nilai, etika, dan moralitas keislaman.
“Itu sah-sah saja,” kata Din.
Din tidak menafikan kalangan yang menekankan simbol Islam dalam berpolitik. Tapi pesannya, jangan mengira kalangan yang tidak menonjolkan simbol Islam itu tidak berjuang untuk kepentingan umat Islam.
“Biarlah Allah yang mengganjari dan menilainya,” tutupnya.* Andi