Hidayatullah.com– Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, mendesak Kementerian Keuangan merealisasikan dana bantuan pendidikan untuk Lombok, NTB, sesuai janji.
“Sebelumnya Menkeu bilang dana siap pakai dicairkan Rp 230 miliar ke Kemendikbud, faktanya belum ada,” ujar Fikri usai kunjungan kerja spesifik Komisi X ke Lombok, kemarin dalam rilisnya diterima hidayatullah.com, Rabu (05/09/2018) .
Dana siap pakai yang dimaksud adalah komitmen Kemenkeu untuk rehabilitasi bencana gempa di Lombok sebesar Rp 1 triliun. Anggaran tersebut diambil dari dana cadangan di APBN yang disiapkan pemerintah sebesar Rp 3,3 triliun khusus untuk penanganan bencana selama 2018.
Fikri mengaku sudah mengkonfirmasi hal itu langsung ke Kemendikbud ketika rapat kerja pada Rabu pekan lalu. Dan hasilnya, dana siap pakai tersebut belum ditransfer ke Kemendikbud.
Fikri menjelaskan, pada rapat kerja tersebut, Kemendikbud berkomitmen untuk menyalurkan duit sebesar Rp 229 miliar untuk penanganan infrastruktur pendidikan di Lombok pasca gempa.
“Namun, itupun dari optimalisasi APBN 2018 melalui perubahan DIPA,” ujar wakil rakyat dari PKS ini.
Fikri menambahkan, dilihat dari prosesnya, dana optimalisasi perlu diusulkan dulu ke dewan, untuk kemudian dibahas bersama melalui rapat kerja. “Jadi sifatnya tidak instan dan bisa jadi lama,” imbuhnya.
Menurut Fikri, penanganan bencana sifatnya cepat tanggap, maka seharusnya dana on-call (siap pakai) yang dicairkan, bukan dengan optimalisasi anggaran.
Karena itu, semestinya dana bencana tidak melalui mekanisme pembahasan anggaran yang berliku, tetapi langsung dicairkan sesuai kebutuhannya.
“Apalagi melihat kondisi infrastruktur pendidikan di Lombok yang rusak parah, kita harus selamatkan nasib pendidikan anak-anak korban gempa di sana dengan segera,” ujar Fikri.
Berdasarkan data yang didapat Komisi X DPR RI saat kunjungan kerja ke Lombok 1-3 September 2018 kemarin, terdapat 977 sekolah dan satuan pendidikan yang terdampak gempa. Sebanyak 3.655 ruang kelas rusak, 1.806 di antaranya rusak parah, 891 rusak sedang, dan 958 rusak ringan.
Gempa berkekuatan 7 Skala Richter pada 5 Agustus 2018 dan disusul 6,9 Skala Richter pada 19 Agustus, menyebabkan 40.225 siswa dan guru mengungsi.
“Namun, karena beberapa kali gempa dan rawannya bangunan sekolah yang ambruk akibat gempa, hampir semua sekolah meliburkan siswa,” ujar Fikri.*