Hidayatullah.com– Pakar komunikasi politik, Effendi Gazali, dalam program dialog ILC semalam, Selasa (04/12/2018), mengaku ada sebanyak dua ratus dua belas (212) catatan masalah di kepalanya yang mau disampaikan.
“Banyak sekali. Jadi yang bisa disampaikan paling malam ini dua satu dua (2 1 2) lah dari sebanyak itu masalah,” ujarnya di studio salah satu TV swasta.
Dialog bertema “PascaReuni 212: Menakar Elektabilitas Capres 2019” itu membahas terkait dua paslon capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Effendi mengungkapkan, dari Reuni 212 kemarin, ada dua pertanyaan untuk masing-masing capres; “Seberapa gugup Anda dengan Reuni 212 ini?” dan “Seberapa greget sebetulnya 212 ini untuk elektabilitas Anda selanjutnya?”
Effendi menyatakan, pertanyaan paling mendasar kalau bicara elektabilitas dibandingkan dengan lembaga-lembaga survei di dunia, adalah, “Siapa sih sebetulnya yang bayar lembaga-lembaga survei itu dan menyampaikan hasilnya itu dalam rangka apa? Itu sangat penting.”
Effendi menyatakan, pihaknya melakukan penelitian kualitatif dalam Reuni 212, Ahad (02/12/2018) selama 3 jam. Dari hasil wawancaranya, semua peserta Reuni 212 itu datang ke lokasi di Monas, Jakarta Pusat, dan sekitarnya, dengan membayar sendiri.
“Pertanyaan saya -ini ada dua lembaga survei yang ada di sini termasuk juga yang di rumah- anda kalau mengekspos elektabilitas pasangan calon -kita bahas pasangan capres aja lah- selalu bilang dibayar dari dana sendiri. Betul, kan?!
Pertanyaan saya malam ini, sudah berapa kali anda mengeluarkan dan dibayar dari dana sendiri dengan jumlah berapa satu kali ekspos mungkin Rp 800 juta sampai Rp 1 miliar ya? Artinya sekali anda melakukan survei lalu ekspos dan segala macam, itu benar itu, seperti umat yang bayar sendiri, datang sendiri, dan menyatakan sikapnya sendiri. Nanti tolong dijawab loh ini, ini penting. Karena di Amerika, hanya Pew Research Center yang melakukan itu,” ungkap Effendi, dimana lembaga di Amerika itu sudah jelas siapa yang memberikan sumbangan padanya.
Ia menilai pertanyaan itu harus dijawab lembaga survei. Effendi kemudian membandingkan dengan massa Reuni 212 yang datang sendiri dengan membayar sendiri ke arena aksi.
Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun dalam kesempatan itu menjawab pertanyaan Effendi:
“Jadi kalau masalah dananya dari mana, ini, kan gampang. Sebenarnya dua tim sukses ini datang nih, tinggal tanya ada yang merasa bayar kita atau enggak, kan begitu. Jadi ada yang merasa bayar enggak dari Pak Jokowi, atau dari kubunya Pak Prabowo. Karena memang ini kita biayai dari apa namanya, subsidi sidang, subsidi silang kegiatan-kegiatan kita untuk survei-survei lain.”*