Hidayatullah.com– Rilis Setara Institute yang menyebut bahwa Banda Aceh termasuk tiga kota paling intoleran di Indonesia dinilai telah menjelekkan dan merusak citra kota Banda Aceh serta melukai hati umat Islam secara umum.
“Survei ini tidak didukung oleh data yang valid dan fakta yang ada. Ini jelas pembohongan publik. Ini sama saja menuduh syariat Islam yang selama ini diberlakukan di Aceh telah menciptakan kehidupan intoleran di Aceh, khususnya di Banda Aceh sebagai ibukota provinsi Aceh. Tentu saja survei ini telah melukai hati umat Islam di Aceh, khususnya di Banda Aceh,” ujar Cendekiawan Aceh, Dr Muhammad Yusran Hadi Lc MA, dalam pernyataannya di Banda Aceh baru-baru ini diterima hidayatullah.com, Jumat (14/12/2018).
Baca: Cendekiawan: Aceh termasuk Daerah Paling Toleran Sejak Dulu
Rilis Setara tersebut, tambah Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh ini, tentu saja merugikan pemerintah dan warga kota Banda Aceh.
“Maka Setara Institue harus segera mencabut pernyataannya tersebut dan meminta maaf kepada pemko dan warga kota Banda Aceh lewat media-media,” desak Pengurus Dewan Dakwah Aceh ini.
Jangan sampai, lanjutnya, terkesan bahwa pernyataan Setara Institute seperti itu hanya karena syariat Islam dijalankan di Banda Aceh sehingga dengan mudahnya menyimpulkan Banda Aceh sebagai kota intoleran.
Baca: Ulama Aceh Kecam LSM yang Tuding Intoleransi Beragama Meningkat
“Jadi terkesan Setara Institute itu anti syariat Islam. Survei Setara Instute ini ngawur dan intoleran. Survei ini justru menimbulkan masalah dan kegaduhan dengan mendiskreditkan umat Islam di Indonesia, khususnya umat Islam di Aceh.
Tentu saja survei ini telah merugikan kota-kota yang diklaim sebagai kota intoleran seperti kota Banda Aceh, Jakarta, dan lainnya. Tidak ada manfaat sedikitpun. Yang ada justru buat masalah dan keributan,” papar Anggota Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara ini.
Ia menduga sepertinya ada pesan-pesan sponsor dari pihak tertentu yang berupaya untuk mendiskreditkan Islam dan umat Islam di Indonesia. Mengingat, adanya keinginan beberapa daerah di Indonesia yang ingin melahirkan dan menerapkan perda-perda syariat.
Baca: Inilah Awal Mula Merebaknya Gereja Ilegal di Aceh Singkil
“Anehnya, Setara Institute menempatkan kota-kota yang sering terjadi konflik agama seperti Ambon, Manado, dan lainnya sebagai kota toleran. Bahkan di Manado dua orang tokoh umat Islam Fahri Hamzah dan Habib Bahar yang mau pulang ke kampung sendiri ditolak kedatangannya dan dikejar pakai parang sampai ke airport.
Kok bisa disimpulkan kota Ambon dan Manado sebagai kota toleran tertinggi? Apakah karena penduduk Ambon dan Manado itu banyak Kristen maka disebut kota toleran? Padahal umat Islam yang menjadi korban konflik di kedua kota tersebut. Apakah patut dinobatkan sebagai kota toleran? Jelas ini survei yang ngawur,” ungkapnya.
Diketahui, Setara Institute merilis daftar Indeks Kota Toleran (IKT) di tahun 2018. Dari 94 kota yang telah disurvei, disebut ada sepuluh kota dengan toleransi yang tertinggi dan tiga kota dengan toleransi terendah.
Sepuluh kota toleran versi Setara Institute yaitu Singkawang, Salatiga, Pematang Siantar, Manado, Ambon, Bekasi, Kupang, Tomohon, Binjai, Surabaya. Sementara tiga kota dengan toleransi terendah, atau intoleran yaitu: Jakarta, Banda Aceh, dan Tanjung Balai.*