Hidayatullah.com– Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti memandang, Isra’ Mi’raj adalah tonggak penting dalam risalah kenabian dan sejarah perjuangan Islam.
Nabi Muhammad sebelum melaksanakan Isra’ Mi’raj, kata Mu’ti, mengalami ujian dakwah yang luar biasa. Selain tekanan orang-orang kafir terhadap Nabi, keluarga Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib, serta para Sahabat, Nabi Muhammad juga mengalami ujian yang sangat berat, yakni tahun duka cita wafatnya Abu Thalib (pamannya) dan Khadijah (istrinya).
“Isra’ Mi’raj yang di dalamnya Rasulullah menerima wahyu shalat, merupakan ibadah yang memberikan ketenangan dan kekuatan mental menghadapi tantangan dakwah. Setahun setelah Isra’ Mi’raj Rasulullah diperintahkan untuk hijrah,” ujar Mu’ti kepada hidayatullah.com Jakarta pada Rabu (03/04/2019).
Baca: Refleksi Isra’ Mi’raj, Sekjen MUI Ingatkan Pentingnya Shalat
Mu’ti memandang, shalat adalah ibadah yang mempersatukan. Umat Islam, kata dia, hendaknya menjadikan shalat sebagai ibadah yang membentuk kepribadian utama dan keadaban suatu bangsa.
“Shalat membentuk manusia yang taat kepada pemimpin (imam) dan mencintai sesama walaupun mungkin berbeda bacaan shalatnya,” terangnya. “Shalat diakhiri dengan salam yang secara simbolis merefleksikan perilaku Muslim yang cinta damai dan menciptakan perdamaian di muka bumi.”* Andi