Hidayatullah.com– Lembaga Dakwah Kampus (LDK) angkat bersuara menanggapi temuan SETARA Institute tentang “Wacana dan Gerakan Keagamaan di Kalangan Mahasiswa: Memetakan Ancaman atas Negara Pancasila di PTN” yang telah dirilis pada 31 Mei 2019 yang lalu.
LDK melalui Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Indonesia yang menghimpun dan mengkoordinasikan LDK di hampir seluruh kampus di Indonesia memberikan klarifikasi sekaligus menegaskan sikap mereka terhadap ancaman “radikalisme”.
Dalam keterangannya, LDK menyatakan bahwa temuan SETARA Institute yang mereka klarifikasi adalah temuan kunci kedua yang ada pada Dokumen Eksekutif hasil penelitian SETARA Institute, dimana terdapat temuan yang menyinggung bahwa Lembaga Dakwah Kampus memiliki kegiatan keislaman yang hanya mengakomodasi kelompok tertentu saja.
Menepis temuan tersebut, Fahrudin Alwi sebagai Ketua Pusat Komunikasi Nasional (Puskomnas) memberikan penjelasan bahwa LDK sebenarnya merupakan organisasi kemahasiswaan yang telah menunjukkan corak kegiatan keislaman yang terbuka dan mengakomodasi kebutuhan berbagai kalangan.
“LDK sebenarnya telah berusaha terbuka dan mengakomodasi kebutuhan berbagai kalangan. Keterbukaan tersebut ditunjukkan dengan adanya mekanisme rekrutmen pengurus yang terbuka bagi semua mahasiswa. Kemudian, corak keterbukaan untuk bersedia bekerja sama dengan elemen lain dan mengundang pembicara dari berbagai kalangan pun telah ditunjukkan, di antaranya melalui program Sekolah Kebangsaan yang dilaunching oleh Salam UI, kami pernah bekerja sama dengan BNPT, Kemenristekdikti, dan kepolisian, serta mengundang tokoh dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mengokohkan peran kebangsaan mahasiswa,” jelas Alwi dalam siaran pers kepada hidayatullah.com, Jumat (05/07/2019).
Lebih lanjut, Alwi mengatakan bahw LDK juga terbuka untuk bekerja sama dengan elemen lain dalam program kebaikan, tak terkecuali dengan non-Muslim dalam kegiatan kebangsaan dan kemanusiaan.
“LDK Jamaah Shalahuddin (JS) UGM pernah mengundang tokoh non-Muslim seperti Prof Dr Franz Magnis Suseno SJ saat acara Ramadhan di Kampus 2019 membahas tema kebangsaan. LDK Salam UI melalui program UI Peduli di momen Sumpah Pemuda 2018 kolaborasi dengan UKM kerohanian agama lain di UI dalam agenda sosial,” jelas Alwi.
Selanjutnya, LDK menegaskan sikap bahwa mereka ada di pihak yang menentang segala macam bentuk “radikalisme”. Menurutnya, paham “radikalisme” dimaksud adalah pemahaman “radikalisme” sebagaimana yang sudah didefinisikan oleh BNPT, juga dipakai sebagai kerangka konsep dalam penelitian SETARA Institue, yaitu paham “radikalisme” yang menggunakan kekerasan atas nama agama (violent extremism) untuk melakukan perubahan atas tatanan yang ada, anti demokrasi, NKRI, dan Pancasila, serta berpaham takfiri (mengkafirkan orang lain).
LDK berharap klarifikasi tersebut dapat memberikan pandangan yang lebih utuh, tepat, dan komprehensif tentang LDK bagi SETARA Institute dan masyarakat luas lainnya.
Sehingga ke depan, baik SETARA Institute, ataupun lembaga/kelompok lainnya di Indonesia tidak memiliki persepsi yang keliru dan kontraproduktif terhadap keberadaan LDK di Indonesia.
LDK juga telah memberikan surat kunjungan kepada SETARA untuk untuk berdialog lebih lanjut mengenai hal ini, serta saling berbagi dan memperkuat pemahaman seputar wawasan kebangsaan.
Terakhir, FSLDK Indonesia mengajak semua elemen bangsa untuk mengokohkan peran untuk mencegah “radikalisme”, melalui serangkaian agenda kebangsaan yang bisa melibatkan banyak pihak seperti BNPT, MUI, kepolisian, dan lainnya.*