Hidayatullah.com– Wakil Menteri Agama (Wamenag), Zainut Tauhid Sa’adi meminta para ulama mampu merespons perubahan sosial yang diakibatkan oleh kecanggihan teknologi, perkembangan ilmu pengetahuan, dan arus globalisasi yang deras mengalir dalam kehidupan umat manusia.
Sebab, tak dapat dipungkiri bahwa tantangan keulamaan atau kekiaian dewasa ini semakin kompleks. Tantangan ulama tidak hanya pada penguasaan khazanah keislaman yang mendalam (tafaqquh fiddin).
Wamenag menilai, ruang lingkup keulamaan menjadi tak berbatas. Tidak hanya pada wilayah keagamaan, seorang ulama juga harus mampu masuk ke dalam diskursus dan ruang gerakan sosial budaya, sosial politik, sosial ekonomi, dan politik kebangsaan.
Semua itu, kata dia, merupakan realitas kehidupan yang sehari-hari mempengaruhi kehidupan keagamaan.
“Ulama kontemporer niscaya menguasai segala hal yang berorientasi pada kemaslahatan umat manusia,” ujarnya sebagai pembicara kunci pada acara workshop Kaderisasi Ulama Melalui Ma’had Aly di Ma’had Aly Hasyim Asyari Pesantren Tebuireng, Jawa Timur, Rabu kutip website resmi Kementerian Agama, Kamis (07/11/2019). Workshop yang diikuti 50 pengelola Ma’had Aly se-Indonesia ini berlangsung selama tiga hari, Rabu-Jumat (08/11/2019).
Wamena menyebut, untuk membangun keunggulan dengan integritas akademik yang tinggi, satu Ma’had Aly hanya diberikan izin penyelenggaraan untuk satu Program Studi.
Ia menilai, posisi program studi pada Ma’had Aly bukan hanya program studi, tetapi ia akan dikembangkan menjadi pusat kajian keilmuan ke-Islaman sekaligus kepesantrenan.
“Kementerian Agama memiliki komitmen yang kuat untuk membangun pusat-pusat unggulan ini,” sebutnya.
Dengan posisi tersebut, maka menurutnya Ma’had Aly akan tetap ditempatkan sebagai lembaga khusus yang ada pada pesantren, sebagai lembaga kaderisasi ulama. Pada bentuknya yang khas, pondok pesantren merupakan satu satunya lembaga pendidikan Islam yang mewarisi khazanah intelektual klasik.
“Ma’had aly harus menciptakan lulusan yang menguasai ilmu agama dan mengembangkan ilmu agama Islam berbasis kitab kuning, serta mampu menjawab tantangan zaman,” ujar Tauhid yang juga merupakan Wakil Ketua Umum MUI ini.*