Hidayatullah.com– Wakil Bupati Bantaeng, Sahabuddin menantang seluruh peserta Muktamar III Pimpinan Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LIDMI) agar menguasai teknologi. Karena dengan itulah menurutnya bisa memimpin masa depan.
Wabup pun menyerukan para aktivis dakwah agar memaksimalkan dakwah dengan teknologi dan iman yang kuat.
Menurut Wabup Sahabuddin, kalau para aktivis tidak mampu mengikuti tren perkembangan teknologi, maka akan terpinggirkan dan mungkin saja tidak terpakai.
“Jadi siapa yang menguasai teknologi ini, itulah yang akan memimpin masa depan. Dan kita optimis generasi ini,” ujarnya sebagai pembicara mengenai tantangan generasi milenial di sela-sela Persidangan Muktamar III PP LIDMI di Gedung PPSDM Sulawesi Selatan, Makassar kemarin dirilis panitia muktamar kepada hidayatullah.com pada Ahad (23/02/2020).
Baca: Pristac: Pemisahan Agama dan Ilmu Pengetahuan Bertentangan dengan Pendidikan Nasional
Akan tetapi, Wabup Sahabuddin menyampaikan nasihat bahwa teknologi hanyalah kecerdasan intelektual, sehingga harus dibarengi dengan kecerdasaan spiritual dan iman.
“Tapi semua hal itu tadi hanya kecerdasan intelektual dan emosional, kapan tidak dibarengi dengan kecerdasaan spiritual dan iman yang kuat, maka dunia ini bisa terbalik. Dan ini cukup berbahaya bagi kita semua,” ungkapnya.
Wakil Sahabuddin memberikan nasihat kepada seluruh peserta Muktamar III LIDMI agar memaksimalkan dakwah di bidang masing-masing.
“Dakwah bukan hanya berimbang, tapi kita sangat berusaha untuk memiliki sisi kehidupan. Itu yang kita kembangkan. Bagi anda yang menggeluti bidang bahasa, pendidikan. Maka maksimalkan dakwah di situ,” pesannya.
Setiap perjuangan dakwah akan selalu ditopang oleh generasi milenial yang memiliki cara kerja yang cepat dalam menyelesaikan masalah, terutama pada bidang teknologi.
Menurut Wabup, generasi milenial sangat optimis untuk menyongsong masa mendatangnya.
“Mereka memiliki perilaku yang unik, karena dibarengi dengan kemajuan teknologi tadi. Mulai dari game dan lainnya. Itulah generasi milenial. Karenanya, kita membutuhkan kerja yang cepat menyelesaikan masalah,” ujarnya.
Pada sisi lain, perkembangan teknologi juga punya dampak negatif terhadap generasi, sebab bergesernya nilai-nilai dari sifat luhur dalam kehidupan.
“Misalnya alat bisa dibikin jadi robot-robot. Bayangkan tanda tangan saja di kantor ada robot. Hal ini tidak bisa lagi dibendung. Jadi, harus mampu mengimbangi kemampuan kemajuan teknologi tadi untuk dimanfaatkan menyelesaikan masalah melalui teknologi itu,” ujarnya menegaskan.*