Hidayatullah.com—Hidup tanpa hiruk-pikuk tanpa sorotan dunia luar bukan berarti kehilangan kesempatan untuk ikut gegap gempita perayaan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia atau Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-75. Meski di tengah rimba, warga Suku Togutil ikut memperingati hari bahagia ini.
Hari Senin bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 2020, warga Suku Togutil bisa melakukan upacara bendera didampingi Nurhadi, seorang dai Hidayatullah yang berdakwah di hutan Halmahera. Untuk bisa mengikuti perayaan 17 Agustusan, orang-orang suku pedalaman ini harus menempuh perjalanan setengah hari.
Mereka harus jalan kaki dari hutan pada malam hari dan sampai lokasi upacara pada pagi harinya. Upacara diikuti anak-anak hingga orang dewasa sekitar 60 orang yang ikut hadir upacara ini.
“Upacara berjalan khidmat dan lancar. Orang suku sendiri yang mengerek bendera dan mengibarkannya diiringi lagu Indonesia Raya,” ujar Nurhadi kepada hidayatullah.com, Senin (17/08/2020).
Upacara juga dihadiri oleh Kepala Desa Woda, Umar Syarif. Desa Woda adalah desa terdekat dengan daerah orang suku yang berada di hutan. Umar bertindak sebagai pembina upacara kali ini.
Suku Togutil adalah suku terasing di Tobelo Dalam yang hidup masih di hutan belantara. Mereka belum banyak mengenal peradaban. Bahkan rumah mereka masih beratapkan daun dan tanpa dinding. Serta hidupnya masih nomaden.
“Jika ada orang luar atau orang kampung di luar kelompoknya, orang suku ini biasanya malu-malu dan akan masuk hutan lagi,” ujar Nurhadi, salah satu dai Hidayatullah, sekaligus pembina orang suku.
Suku Togutil masuk kategori suku terasing yang tinggal di pedalaman Halmahera utara dan tengah. Mereka menggunakan baha Tobelo, mirip bahasa penduduk pesisir.
Menurut Nurhadi, mereka hidup di hutan karena sengaja mengasing diri atau kadang malu jika bertemu orang yang di luar kelompoknya. Awalnya, Nurhadi hanya membina beberapa orang yang muallaf untuk bercocok tanam, beternak dan mengenal tahara (bersuci) tata cara ibadah Islam.
Namun lambat-laun, ia merapa prihatin dengan kondisi suku terasing ini. Apalagi, posisi mereka berseberangan dengan negara tetangga, yang dinilai potensial dipengaruhi kepentingan asing.
Dengan dukungan Kodim 1505/Tidore dan Pemerintahan Desa Woda, Kecamatan Oba, Tidore Kepulauan, pada tahun 2019 Nurhadi bisa membuat program “Sekolah Rimba”. Selain mengajarkan membaca dan menulis, Sekolah Rimba mengajarkan anak dan keluarga suku mengenal Indonesia.
“Kami dai Hidayatullah awalnya prihatin terhadap keberadaan saudara kita suku Togutil Tobelo dalam yang hidup di tengah hutan,” kata Nurhadi. “Mereka hidup hanya sekadar untuk bertahan hidup dengan makan ala kadarnya yang tersedia di hutan. Kita ingin mereka memiliki peradaban dan dapat hidup layaknya sebagaimana manusia,“ katanya.
Dengan kehidupan mereka masih primitif dengan sering hidup nomaden pindah tempat, ia khawatir penduduk suku terasing ini dimanfaatkan kepentingan negara lain.
“Dari sini kami, ingin mengenalkan orang Suku Togutil ini tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Agar mereka tahu, mereka hidup di Indonesia dan tahu bendera Merah Putih sebagai bendera pusakanya,” tambah Nur.

Dengan berkoordinasi dengan aparat desa yang dekat dengan lokasi orang suku yang hidup di tengah hutan, ia akhirnya menghubungi aparat Desa Woda, Kecamatan Oba Tidore Kepulauan. “Kami pun berkoordinasi dengan Babinsa setempat untuk kegiatan upacara bendera 17 Agustus memperingati HUT RI yang ke 75 tahun ini.”
Tepat pada hari Senin, 17 Agustus 2020, tidak kurang 60 orang suku berduyun-duyun datang dari hutan berjalan kaki. Mereka berjalan kaki pada Ahad malam dan sampai pada pagi hari di hari Senin.
“Mereka datang sambil membawa anak-anaknya dengan tetap semangat tanpa terlihat lelah,” kutip Nurhadi.
Acara ini juga dihadiri oleh Kepala Desa Woda, Umar Syarif yang sebagai pembina upacaranya dan beberapa staf desanya turut hadir memeriahkan upacara ini. Alhamdulillah upacara bendera 17 Agustus HUT RI ke- 75 tahun ini berjalan lancar dan khidmat. Mereka berdiri rapi dan antusias mengikuti kegiatan upacara ini.
“Kami sangat senang orang suku sudah mau ikut upacara bendera 17 Agustus ini. Dalam upacara pun disampaikan bahwa kita hidup di Indonesia dan harus tahu tentang NKRI, terlebih kita harus cinta kepadanya,” kata Syarif.*
Yuk! Dukung liputan dakwah Islam di pedalaman