Hidayatullah.com- Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Mirah Midadan menyayangkan posisi Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah atas hanya mampu bertahan sebentar saja, yakni dalam waktu satu tahun. Menurutnya, Indonesia harus kembali sebagai negara kelas menengah bawah.
“Sayang sekali bahwa pemerintah itu tidak bisa mempertahankan status itu. Sekarang akhirnya turun kita hanya bisa bertahan 1 tahun. Itu pencapaian tapi sayang sekali kita tidak bisa mempertahankan,” ujar MIrah dalam sebuah diskusi bertajuk Pandemi Tak Tuntas, Indonesia Turun Kelas, Selasa (13/07/2021).
Tak dipungkiri, Mirah memahami bahwa secara pertumbuhan ekonomi pada 2020 kondisi paling ekstrem terjadi ketika kuartal II-2020. Di mana ekonomi Indonesia terkontraksi minus 5,32 persen. Itu terjadi karena adanya pandemi Covid-19 serta kebijakan pemerintah dalam upaya penanganan dan pengendalian virus tersebut.
“Kita di sini tentu berharap peningkatan perekonomian ini akan terus naik tidak akan turun,” bebernya.
Lebih jauh, Mirah menuturkan bahwa Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) nasional pada 2020 masih terpusat di wilayah Jawa. Sementara di luar Jawa masih cukup rendah. Adapun DKI Jakarta masih menjadi penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDBR) terbesar terhadap PBD nasional, yakni mencapai 18 persen.
“Kalau kita lihat itu rangkingnya di 5 besar itu, 4 di antaranya dari Pulau Jawa. Artinya perekonomian kita ini masih terfokus masih banyak dilakukan di daerah Jawa belum ada pemerataan di daerah-daerah lainnya karena antara Jawa dan Sumatera itu di peringkat kelima tapi jauh sekali perbedaannya. Sumatera kurang lebih 8 persen jadi gap-nya cukup jauh,” pungkasnya.
Sebelumnya, Bank Dunia menempatkan Indonesia sebagai negara kelas menengah bawah atau lower middle income. Peringkat per 01 Juli 2021 ini turun dibandingkan sebelumnya, di mana Indonesia sudah menjadi negara berpendapatan menengah atas (upper middle income country) pada 01 Juli 2020.* Azim Arrasyid