Hidayatullah.com—Kepergian Prof Dr Huzaemah Tahido Yanggo, MA menyisakan duka mendalam khususnya bagi Ketua MUI Bidang Fatwa Dr Asrorun Niam Sholeh.
Niam mengaku sangat intens berinteraksi dengan almarhumah Prof Huzaemah. Sejak menginjakkan kaki pertama kali di Jakarta pada 1994, Niam sudah menimba ilmu kepada Prof Huzaemah.
Pada periode 2015-2020, Niam kerap mendampingi sosok Prof Huzaemah memimpin sidang fatwa MUI. “Saya bersaksi beliau orang yang sangat baik. Beliau sosok ilmuan wanita yang langka. Guru Besar di bidang fikih perbandingan. Aktif mengajar dan mendedikasikan ilmunya di berbagai tempat perkhidmatan. Pernah menjadi pimpinan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, hingga sekarang sebagai Rektor IIQ Jakarta, ” ujarnya, Jumat (23/7/2021) dikutip laman MUI Pusat.
Pada hari Jumat yang penuh berkah, Allah SWT telah memanggil kembali ulama perempuan terbaik Indonesia, Prof Dr Huzaemah Tahido Yanggo. Almarhumah wafat di RSUD Serang saat berjuang melawan Covid-19.
Sejak awal pandemi berlangsung, penyabet gelar doktoral bidang fikih Islam dari Al-Azhar Mesir itu termasuk sosok yang intensif mengawal fatwa MUI terkait penanggulangan Covid-19. “Beliau sangat aktif memberikan kontribusi pemikirannya,” ujar Niam.
Prof Huzaemah sudah lama berkhidmah di MUI di bidang fatwa. Beliau malang melintang mulai dari anggota, wakil ketua, ketua, ketua bidang, sampai kembali menjadi wakil ketua komisi fatwa. Dedikasi Prof Huzaemah, tutur Niam, sangat luar biasa khususnya di bidang hukum Islam/syariah dan perbandingan madzhab.
Selain di MUI, Niam juga banyak berinteraksi dengan Prof huzaemah di dunia akademik. “Sejak 1994 saya belajar dengan beliau bahkan hingga jenjang pendidikan formal di S3. Beliau juga yang dengan tekun membimbing saya menulis disertasi. Saat di Komisi Fatwa MUI, kami rutin bersama. Beliau aktif baik kehadiran fisik maupun pemikiran-pemikirannya,” ujar dia yang terakhir bertemu fisik dengan Prof Huzaemah pada 31 Mei 2021 di Hotel Millenium Jakarta saat peluncuran buku “Dinamika Fatwa MUI dalam Satu Dasawarsa, Potret 10 Tahun Perjalanan Komisi Fatwa.”
Rupanya itu adalah pertemuan fisik mereka yang terakhir, bertepatan dengan hari ulang tahun Niam yang ke-45. Beliau adalah sosok pengabdi ilmu pengetahuan dan aktif di berbagai perkhidmatan. Banyak buku yang beliau tulis dan diterbitkan sebagai peninggalan yang tidak terlupakan, ” katanya.
Secara pribadi, Niam banyak berhutang budi kepada sosok Prof Huzaemah. Hal itu menurutnya diukur sejak pendidikan sarjana sampai doktor, Niam selalu belajar dengan Prof Huzaemah.
“Beliau berjuang melawan Covid-19. Beliau telah berbuat banyak untuk menanggulanginya. Allah SWT memiliki rencana dan keputusan terbaik. Saya bersaksi beliau min ahlil khair. Semoga Allah SWT menjadikan beliau ahlul Jannah tanpa hisab. Syahidah akhirah. Alfatihah, ” kata Kiai Niam mendoakan almarhumah.*