Hidayatullah.com — Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Komunikasi dan Informasi, KH Masduki Baidlowi mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan beberapa langkah untuk memerangi hoaks pandemi Covid-19.
Melansir laman MUI, Kiai Masduki menuturkan, salah satu tugas inti MUI adalah mengeluarkan fatwa. Terkait dengan masalah hoaks, dia mengungkapkan bahwa sejak 2017, MUI sudah mengeluarkan fatwa menghadapi fitnah dan hoaks.
Meski demikian, Kiai Masduki mengingatkan, jika diibaratkan fatwa itu mobil, kalau tidak ada rodanya maka tidak akan bisa berjalan. Atas dasar itulah, Kiai Masduki mengakui pentingnya sosialisasi dan kerjasama antara MUI dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menjalankanya.
Kiai Masduki mengakui, MUI mempunyai keterbatasan untuk mensosialisasikan ke masyarakat. Meski demikian, Ia tetap optimis untuk selalu berikhtiar dan menyebutnya sebagai bagian dari perjuangan.
Terkait dengan hoaks Covid-19, Kiai Masduki membandingkan dengan kisah Nabi. Pada zaman itu, saat Rasulullah ditimpa hoaks, masyarakat Madinah sudah solid melawan sehingga teratasi dengan baik.
“Nabi sendiri tidak mampu mengatasi persoalan sebenarnya. Tapi, akhirnya ada intervensi langsung wahyu turun ayat surah An-Nur yang terklarifikasi semuanya selesai,” ujar Kiai Masduki dalam dialog MUI tentang penanggulangan hoaks Covid-19, di TVMUI, Rabu (03/08/2021).
Dalam acara MUI yang digelar atas kerjasama dengan BNPB ini, Kiai Masduki mengingatkan bahwa sekarang ini bukan lagi zaman wahyu, sehingga tidak ada intervensi wahyu.
Maka dari itu, kiai Masduki mengajak semua pihak untuk bekerja keras untuk mengatasi hoax Covid-19, terutama persoalan sistem informasi.
“Kita harus bekerja keras, ya ini kita lakukan, masyarakat, pemerintah juga harus kerjasama ayo. Karena sudah kita diskusikan yang kita hadapi ini adalah persoalan sistem informasi,” katanya.
Selain itu, Kiai Masduki juga merencanakan untuk bertemu dengan sejumlah ulama dan organisasi kemasyarakatan seperi NU, Muhammadiyah dan lainnya untuk mengajak dialog bagi yang sudah terpengaruh dengan sistem informasi hoaks.
Diungkapkan Kiai Masduki tidak sedikit ulama yang termakan hoaks Covid-19 sehingga menganggap wabah Covid-19 adalah konspirasi global.
Menurutnya, MUI perlu mengidentifikasi siapa saja mereka. Kata Kiai Masduki, pihaknya sedang menyiapkan langkah tentang siapa yang pantas untuk mendatangi. Kata Kiai asal Madura ini kerja pemberantasan hoaks harus dikerjakan bersama.
Baginya, tidak ada sistem yang canggih saat ini, hoax akan terus dipasok kepada orang yang sudah mempercayai dan itu harus dilawan dengan konfirmasi yang pasti.
“Semua orang harus kita ajak untuk duduk bersama masalahnya agar ketemu,” tegasnya.
Ketua MUI bidang informasi dan komunikasi ini mengatakan, MUI mempunyai 3 rencana untuk menanggulangi permasalahan hoaks Covid-19.
Pertama, MUI akan segera menghubungi ormas-ormas Islam lain seperti NU, Muhamadiyah dan lainya. Tujuannya, untuk mengidentifikasi siapa saja ulama berpengaruh mmeluruskan hoaks dan juga siapa saja ulama yang justru terpengaruh berita hoaks Covid-19.
Kedua, MUI juga menyiapkan konten untuk menghadapi mereka yang tidak percaya pada Covid-19 dengan basis keilmuan.
“Jadi argumentasi-argumentasi harus kita bangun dengan basis-basis yang kuat secara keilmuan karena ulama itu tahu betul ya, karena mereka dasarnya adalah ilmu, kita coba gugah itu,” ungkapnya.
Ketiga, MUI akan mendatangi tokoh-tokoh ulama yang disegani di akar rumput. Kata Kiai Masduki, MUI akan terus bekerja keras menggandeng ulama, ilmuwan dan tokoh masyarakat untuk melakukan dialog mencerahkan mereka yang termakan hoaks Covid-19 akan tercerahkan.
Dalam pandangan Kiai Masduki, jika pandemi terus berlanjut yang menjadi korban paling banyak adalah umat Islam.
“Kalau tidak (tangkal hoaks Covid-19) akan terus bergelimpangan korban yang lebih banyak. Saya yakin banyak umat Islam. Pertama karena mayoritas. Yang kedua, yang bandel dan secara keilmuwan tidak dalam tapi mengaku ulama, mengaku ustaz tapi justru jadi tokoh penyebaran hoaks (Covid-19). Kalau sudah begini yang jadi korban umat Islam,” pungkas Kiai Masduki.*