Hidayatullah.com—Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr Anwar Abbas mengatakan demokrasi tanpa oposisi tak ubahnya seperti gulai tanpa garam. Begitu juga halnya dengan demokrasi tanpa oposisi, karena kehidupan berbangsa dan bernegara yang semestinya dinamis menjadi terasa hambar tanpa oposisi.
“Karena suara yang terdengar oleh kita hanya suara dari itu ke itu saja dimana tidak ada kritisisme dan perdebatan yang benar-benar substansial sehingga yang kedengaran oleh kita hanya ketokan palu yang membuat suasana hati kita sebagai rakyat tidak merasa enak dan nyaman,” ujarnya dalam pernyataan terbaru hari Kamis (20/01/2022).
Menurut Abbas, kehidupan demokrasi di Indonesia ibarat makanan sangat hambar. “Tidak enak sedikitpun untuk dinikmati karena rasanya tidak nyangkut di lidah dan tidak bisa merangsang selera, sehingga makannya menjadi tidak bersemangat bahkan hal demikian hanya akan membuat diri kita menggerutu-gerutu karena duit sudah habis tapi yang kita inginkan tidak bisa kita dapatkan.”
Yang lebih menggenaskan, saat ini suara-suara masyarakat yang berbeda banyak dimusuhi dan dicurigai. “Para buzzer dan pihak-pihak tertentu lainnya langsung menghantam dan mem-bully serta membentuk opini dengan mencap orang yang bersangkutan dengan cap-cap yang menyakitkan hati seperti anti-Pancasila dan anti-NKRI, “ katanya.
Menutut Abbas, munculnya kelompok-kelompok seperti ini akhirnya menenggelamkan masyarakat yang masih punya hati dan pikiran dengan jernih diliputi oleh ketakutan. “Karena apapun yang mereka buat dan lakukan selalu digebuk, diawasi, dan dicurigai oleh pihak-pihak tertentu yang katanya siap untuk memenjarakan yang bersangkutan bila mereka berani bicara berbeda dengan apa yang dimaui oleh rezim yang berkuasa,” tambahnya.
Menurutnya, situasinya menjadikan kehidupan demokrasi di Indonesia tidak baik dan tidak sehat karena hal ini akan membuat anak-anak bangsa ini akan lebih bersifat pragmatis serta tidak tahan terhadap kritik. “Sehingga mereka tidak siap untuk menerima kebenaran dan masukan dari pihak lain padahal masalah demikian sangat kita perlukan bila kita ingin maju.”
Jika fenomena ini terus berlangsung di negeri ini, maka yang terjadi adalah sebuah kerugian besar karena dia akan membuat bangsa ini tidak lagi akan menjadi bangsa yang kreatif dan inovatif .
“Hal ini tentu jelas tidak kita inginkan karena dia akan membuat bangsa ini menjadi bangsa yang tidak akan mampu bersaing dengan negara-negara lain di dunia, karena mereka telah kehilangan keberanian dan kebebasannya serta tidak lagi berani melakukan inovasi-inivasi dan kreatifitasnya,” tambahnya.*